Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Fenomena Virus Corona dan Keteladanan Umar Bin Khattab dalam Penanganan Wabah

4 Mei 2020   23:28 Diperbarui: 4 Mei 2020   23:23 389
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SAAT ini pusat perhatian negara-negara di seluruh dunia tertuju pada pandemi virus corona atau covid-19.

Sejak awal kemunculannya pada akhir Desember 2019 lalu di Kota Wuhan, China, virus yang dipercaya berasal dari salah satu pasar hewan di Wuhan tersebut telah menginfeksi lebih dari tiga juta penduduk di dunia dengan hampir tiga ratus ribu jiwa diantaranya dinyatakan meninggal dunia.

Kendati China sebagai negara pertama yang terkena penyebaran virus corona, namun sejauh ini justeru Negara Amerika Serikat (AS) yang terdampak paling parah. Betapa tidak, negara yang saat ini dipimpin oleh Donald Trump tersebut merupakan episentrum baru penyebaran virus corona di dunia.

Hingga hari Senin (4/5/2020) sudah lebih dari satu juta penduduk di Negeri Paman Sam itu yang terkomfirmasi positif pandemi covid-19. Dari jumlah tersebut, 68 ribu jiwa lebihnya dinyatakan meninggal dunia.

Setelah Amerika Serikat, negara lain dengan jumlah kematian terbanyak yang diakibatkan virus corona ini adalah Italia mencapai 28,8 ribu jiwa lebih, Inggris 28, 4 ribu, Spanyol 25,4 ribu dan Perancis 24,8 ribu jiwa lebih.

Untuk Indonesia yang juga tak luput dari serangan virus corona, menurut rilis data pemerintah yang disampaikan langsung oleh Juru Bicara khusus penanganan virus corona, Achmad Yurianto, hingga Senin (4/5/2020) jumlah kasus pasien positif mencapai 11.587. Dari jumlah tersebut, 1.954 orang telah dinyatakan sembuh. Sedangkan 864 diantaranya meninggal dunia.

Berkaca dari data-data jumlah kasus positif dan angka kematian tersebut di atas, membuktikan bahwa virus yang pada 11 Maret 2020 lalu didaulat sebagai pandemi oleh badan kesehatan dunia (WHO) merupakan virus yang penyebarannya sangat cepat dan masif, serta sangat mematikan.

Oleh karena itu, sangat beralasan bahwa setiap negara di dunia termasuk Indonesia seolah berlomba-lomba untuk mampu menaklukan virus covid-19 ini secepat mungkin.

Segala upaya terus dicoba dan dilakukan oleh negara-negara terdampak untuk memutus mata rantai penyebaran virus corona ini. Mulai dari cara-cara yang sipatnya longgar seperti pemberlakuan social distancing, physical distancing hingga cara berat yakni penguncian wilayah atau lockdown.

Bahkan, disamping memberlakukan hal tersebut di atas. Masing-masing otoritas tertinggi negara terdampak juga tak segan menggelontorkan anggaran yang jumlahnya ada yang mencapai ribuan triliun rupiah. Sungguh jumlah angka yang sangat pantastis.

Kenapa negara-negara terdampak ini sampai rela merogoh kocek keuangan negaranya hingga ribuan trilun rupiah?

Pasalnya, keganasan virus corona tersebut tidak hanya mengancam keselamatan dan kesehatan manusia semata. Tapi juga telah mampu memporak-porandakan sendi-sendi kehidupan lainnya. Seperti ekonomi, sosial, budaya, politik dan agama.

Jelas, jika virus ini tidak segera ditangani, tidak hanya akan mengancam populasi penduduk di dunia, tapi juga akan mampu melumpuhkan sendi kehidupan lainnya. Terutama ekonomi.

Bagaimana jadinya jika suatu negara terus digerogoti populasi penduduknya, kemudian perekonomiannya juga kocar-kacir. Rasanya negara tersebut tinggal menunggu kehancurannya saja.

Semoga Indonesia sebagai salah satu negara yang terdampak tidak mengalami hal buruk tersebut. Naudzubillah him mindzalik.

Maka, sudah menjadi kewajiban kita bersama sebagai warga negara untuk turut berperan aktip dalam menangani virus corona ini. 

Tidak usah repot-repot, cukup dengan mematuhi saja apa yang telah dianjurkan pemerintah. Yakni, senantiasa menjaga jarak fisik (physical distancing), mengurangi interaksi sosial (social distancing) dan tetap usahakan untuk belajar, beribadah serta bekerja di rumah (work from home).

Wabah Zaman Khalifah Umar Bin Khatab

Namun, tahukah pembaca dan sahabat K'ners bahwa wabah virus yang melanda tanah air dan negara-negara di dunia ini juga sebelumnya pernah juga terjadi pada zaman khalifah Umar Bin Khatab. Khalifah Umar adalah salah satu dari sahabat Rassulullah Muhamad SAW.

Dilansir dari Tagar.id, kala itu diceritakan Khalifah Umar sedang dalam perjalanan ke Syam (Syuriah). Kemudian, doa mendapatkan kabar tentang wabah penyakit kolera. Umar pun memutuskan untuk tidak melanjutkan perjalanan. Kisah itu diceritakan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Abdullah bin 'Amir.

"Umar sedang dalam perjalanan menuju Syam, saat sampai di wilayah bernama Sargh. Saat itu Umar mendapat kabar adanya wabah di wilayah Syam. Abdurrahman bin Auf kemudian mengatakan pada Umar jika Nabi Muhammad SAW pernah berkata, "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhori).

Dalam hadis yang sama juga diceritakan Abdullah bin Abbas dan diriwayatkan Imam Malik bin Anas, keputusan Umar sempat disangsikan Abu Ubaidah bin Jarrah. Ia adalah pemimpin rombongan yang dibawa Khalifah Umar.

Masih dilansir Tagar.id, menurut Abu Ubaidah, Umar tak seharusnya kembali karena bertentangan dengan perintah Allah SWT. 

Umar menjawab dia tidak melarikan diri dari ketentuan Allah SWT, namun menuju ketentuanNya yang lain. Jawaban Abdurrahman bin Auf ikut menguatkan keputusan khalifah tidak melanjutkan perjalanan karena wabah penyakit.

Dari riwayat di atas bisa kita simpulkan tentang keteladanan Khalifah Umar tentang menangani wabah penyakit kala itu. Dalam hal ini,  Umar bin Khattab telah mengambil keputusan  yang berbobot. 

Maksudnya jelas yaitu ingin menyelamatkan lebih banyak kaum Muslimin dan manusia secara umum agar tidak dibinasakan oleh wabah penyakit.

Meski dirinya merupakan seorang khalifah yang memiliki kuasa penuh atas keputusannya. Namun, dia tetap mengedepankan musyawarah sebagai prioritas dalam sebuah pengambilan keputusan. Intinya, dia melibatkan orang-orang yang dianggap memiliki keahlian karena yang dipanggil adalah para pemukanya untuk memutus rantai wabah penyakit itu.

Tak hanya itu, Khalifah Umar juga memberikan nasihat kepada kita. Bagaimana seorang pemimpin harus mengambil sikap yang tegas untuk menyelesaikan sebuah masalah. 

Untuk menyelesaikan masalah, seorang pemimpin juga sama sekali tidak diperbolehkan untuk menyepelekan suatu masalah. Karena, jika masalah itu disepelekan dan tidak diselesaikan, maka dampaknya akan terus menerus.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun