Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Larangan Mudik dan Abu Nawas si Raja Akal

28 April 2020   23:12 Diperbarui: 28 April 2020   23:20 243
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rupanya masyarakat yang sudah "kebelet" ingin mudik juga banyak yang berprilaku layaknya Abu Nawas. Meski, akalnya ini tak sedikit yang gagal dan menggelikan.

Banyak masyarakat mencoba segala cara dan sejuta akal untuk mampu mengelabui pos-pos penjagaan yang memang sudah dijaga ketat oleh aparat kepolisian sejak diberlakukan pada tanggal 24 April 2020 lalu.

 Ada saja ide warga untuk lolos dari upaya pencegahan mudik yang diupayakan oleh polisi.

"Ya macam-macam lah (modus pemudik), yang beredar di media sosial kan ada yang naik truk, ada yang naik kontainer dan sebagainya, termasuk mobil boks," kata Kakorlantas Polri Irjen Istiono di Bekasi, Jawa Barat, Selasa (28/4/2020). Dikutip dari detikcom.

Istiono memastikan kendaraan-kendaraan tersebut tak luput dari pemeriksaan aparat. Dia kemudian mengungkapkan kekhawatirannya bila penumpang yang 'kucing-kucingan' mudik dengan cara seperti itu akan mengalami kekurangan oksigen.

"Ya kami periksa, itu mobil boks kami periksa. Saya takutnya kalau mereka tuh lemas di situ (dalam kontainer, truk dan bus), kekurangan oksigen," ujar dia.

Masih dilansir detikcom, Istiono pun menuturkan bahaya lain dari menumpang kendaraan yang serba tertutup seperti itu adalah penularan virus Corona. Istiono pun menjelaskan pihaknya mengizinkan warga melakukan perjalanan ke luar kota atau ke kampung halaman jika sifatnya mendesak seperti ada kerabat, keluarga yang sakit atau meninggal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun