SEJAK ditemukan pada akhir Desember 2019 lalu di Kota Wuhan, Cina, virus corona atau covid-19 untuk kemudian ditetapkan menjadi pandemi global pada tanggal 11 Maret 2020 oleh organisasi kesehatan dunia (WHO). Virus ini terus menginfeksi jutaan umat manusia yang tersebar diratusan negara di dunia dan menelan ratusan ribu jiwa.
Jika dihitung sejak ditemukannya kurang lebih empat bulan lalu dan sudah mampu menyebar ke lebih dari 200 negara, ini membuktikan bahwa virus corona memang sangat pantas disebut pandemi. Selain luas sebarannya yang hampir menyerang seluruh negara di dunia juga begitu banyak menginfeksi dan menjatuhkan korban jiwa.
Maka, pantas jika virus corona ini ditetapkan menjadi musuh dunia. Sehingga berbagai cara terus dilakukan oleh otoritas tertinggi di negara-negara yang terdampak. Bahkan, tak segan mereka berani menggelontorkan anggaran hingga ribuan triliun rupiah agar penyebaran virus ini secepatnya bisa demi virus ini secepatnya bisa diputus.
Sejauh ini, Amerika Serikat adalah negara yang paling parah terdampak oleh virus corona. Hingga Senin (27/4/2020) jumlah pasien positif di Negeri Paman Sam itu mencapai lebih dari 900 ribu orang dengan 52 ribu lebih diantaranya meninggal dunia. Kondisi ini menjadikan negara yang dipimpin oleh Donald Trump itu menjadi episentrum baru, setelah asalnya ditempati oleh Cina.
Di Indonesia sendiri, virus corona mulai ditemukan kasus pertamanya pada awal Maret lalu yang ditandai oleh warga negara asal Kota Depok, Jawa Barat. Setelah itu penyebarannya seolah tidak bisa dibendung lagi.
Terbukti, hingga hari Senin (27/4/2020), menurut rilis data pemerintah yang disampaikan oleh Juru Bicara khusus penanganan virus corona, Achmad Yurianto, jumlah pasien positif mencapai 9.096 orang dengan 765 diantaranya meninggal dunia. Namun, cukup beruntung, jumlah angka kesembuhan pun menunjukan progres positif. Tercatat mencapai 1.151 pasien.
Hingga sekarang, pemerintah terus berupaya memutus rantai penyebaran virus corona ini. Beberapa diantaranya dengan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang sudah diterapkan di berbagai wilayah di tanah air. Bahkan terakhir, Presiden Jokowi dengan tegas menegaskan larangan mudik pada hari raya Idul Fitri 1441 Hijriah, yang sudah diberlakukan sejak tanggal 24 April 2020.
Banyak negara berharap termasuk tentu saja Indonesia agar virus ini cepat berakhir. Namun, ternyata harapan tersebut sepertinya harus ditunda terlebih dahulu.Â
Pasalnya, Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Gehebreyesus mengingatkan kembali bahwa perkembangan pandemi Covid-19 di seluruh dunia saat ini masih jauh dari berakhir.
"Pandemi ini masih jauh dari berakhir. Beberapa negara, kasus dan angka kematiannya tidak dilaporkan karena kapasitas pengujian yang rendah," ujarnya dalam konferensi pers di kantor pusat WHO di Jenewa, Senin (27/4). Dikutip dari CNNIndonesia.
Untuk itu ia mengatakan WHO akan terus memberikan dukungan peningkatan kapasitas pengetesan dan penyediaan alat pelindung diri (APD) ke Afrika, Asia, dan negara-negara lain di dunia.
Masih dilansir CNNIndonesia, Thedros mengatakan akan mengirim APD ke sekitar 105 negara dan perlengkapan laboratorium ke sekitar 127 negara. Bantuan tersebut akan dikirimkan melalui jalur udara dan laut mulai pekan depan. Dia juga menyerukan agar warga bersatu untuk membentuk solidaritas global.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H