BAGI masyarakat yang menggemari dunia politik tanah air, tantunya tidak bakal asing dengan politisi Partai Gerindra, Fadli Zon.
Dia pernah digadang-gadang sebagai tangan kanan atau kepercayaan Prabowo Subianto yang menjabat sebagai ketua umumnya. Ya, banyak yang percaya bahwa mata, hati dan pikiran Fadli Zon adalah refresentasi Prabowo. Hal ini menilik dari kedekatan dan keakraban kedua sosok tersebut. Terlebih, Fadli juga merupakan salah seorang yang ikut mendirikan sekaligus membesarkan Partai Gerindra.
Namun belakangan image yang melekat pada Fadli Zon sebagai orang terdekat dan kepercayaan Prabowo perlahan mulai memudar. Bahkan, boleh dibilang kerap bersebrangan. Entahlah, ini merupakan strategi politik mereka atau bukan. Tapi yang pasti dilihat kasat mata, kedua sosok ini kerap tak sejalan.
Saat Prabowo Subianto dan Partai Gerindra memutuskan untuk bergabung dengan koalisi pemerintahan dibawah pimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan didaulat sebagai Menteri Pertahanan (Menhan) serta Edhy Prabowo diangkat Menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) sejatinya Fadli juga turut mendukung setiap kebijakan pemerintah.
Namun yang terjadi justru sebaliknya. Fadli masih bersikap seperti layaknya sebagai partai oposisi. Dia kerap ngomel-ngomel dan tak ada bosannya mengkritisi kebijakan pemerintah dan Presiden Jokowi.
Benar, kontrol atau pengawasan adalah salah satu fungsi dan kewenangan Fadli sebagai anggota DPR RI. Tapi, kritik yang terlontar dari bibir pria berkacamata ini kerap tidak konstruktip. Sebaliknya lebih cenderung nyinyir.
Padahal, sebagai kader partai yang masuk dalam lingkaran pemerintah, Fadli mestinya turut mengamankan kebijakan pemerintah. Sekalipun terpaksa ada yang harus dikritik, sipatnya lebih membangun.
Tengok saja, selama bangsa dan negara tengah dihadapkan pada bencana pandemi virus corona atau covid-19, tercatat pria kelahiran Jakarta ini beberapa kali melontarakan pernyataan-pernyataan tak sedap terhadap pemerintah.Â
Sebut saja, dia pernah menyinggung soal harga alat rapid test, tentang pengadaan masker dan menuntut pemerintah untuk tidak membuang-buang waktu menerapkan lockdown atau wilayah.
Tidak cukup itu saja, terbaru Wakil Ketua Umum Partai Gerindra ini menegaskan dan meminta bahwa proyek ibu kota baru harus ditunda. Menurutnya, saat ini pemerintah harus fokus dalam penanganan virus corona.
"Proyek ibu kota baru sudah seharusnya ditunda (dibatalkan). Tak ada urgensinya dalam situasi sekarang. Anggarannya difokuskan untuk tangani Covid-19. @jokowi," kicaunya dalam akun Twitternya, seperti dikutip, Sabtu (25/4/2020). Dikutip dari Wartaekonomi.com
"Kalau kita krisis itu, tundalah apa yang bisa ditunda. Tapi kalau kata Ketua Bappenas bilang, proyek ibu kota jalan terus. Ini apa gitu. Kereta cepat, itu ngaco ya. Dan pembiayaannya makin tidak jelas. Itu bukan proyek kereta, tapi proyek properti," katanya.
"Jadi, pembatalan proyek atau proyek ibu kota ditunda (saja) sampai 2030, Indonesia tidak akan mati. Kalau legacy-nya Pak Jokowi ingin di era-nya punya ibu kota baru, kemudian ini tidak dikutak-kutik, ini yang bahaya," ujarnya
Itu omelan terbaru Fadli Zon menyangkut kebijakan pemerintah di bawah kendali Presiden Jokowi.
Padahal, dalam situasi bangsa dan negara tengah dirundung masalah, menurut penulis, apa yang dinyatakan Fadli Zon menjadi sangat kontraproduktif.
Sejatinya, dalam situasi seperti sekarang para politisi lebih sedikit menahan diri. Jika tidak bisa membantu, lebih baik beri kesempatan pemerintah untuk menjalankan segala programnnya dalam rangka penanganan dan pencegahan virus covid-19 yang kian hari terus menimbulkan kasus pasien positif lebih banyak. Meski tidak dipungkiri pula, tingkat kesembuhan pun memperlihatkan progres cukup menggembirakan.
Tapi, terlepas itu semua, penulis penasaran kenapa bibir Fadli Zon seolah tak ada capeknya mengkritisi pemerintah. Dan, yang menjadi lebih penasaran adalah, Fadli tidak menggubris pesan Prabowo. Fadli tetap saja "menyerang" pemerintah.
Seperti diketahui, belum lama ini Prabowo Subianto yang berlaku sebagai Ketua Dewan Pembina sekaligus Ketua Umum Partai Gerindra dengan tegas dalam taklimatnya yang beredar di akun media sosial dan chanel Youtube Gerindra TV, meminta seluruh kader partai (Gerindra) untuk kompak dan bahu membahu mendukung kebijakan pemerintah dalam penangangan covid-19.
Bahkan, Prabowo juga bersaksi bahwa dalam setiap kebijakannya, Presiden Jokowi lebih mengutamakan keselamatan dan kesehatan warga negaranya.
Bagian dari Strategi Partai, atau?
Apakah ini bagian dari skenario Partai Gerindra yang menjadikan Fadli martil partai yang disiapkan sebagai tukang kritik agar marwah partai sebagai mantan oposisi tidak sirna.Â
Atau, jangan-jangan sudah tidak ada lagi kesepahaman diantara Fadli dengan Prabowo? Jika memang sudah tidak ada kesepahaman, kenapa Prabowo tidak menjatuhkan tindakan tegas terhadapnya? Tentu ini menarik kita bedah.
Dalam hipotesa sederhana penulis, setidaknya ada dua hal yang menyebabkan Fadli Zon tetap tidak bisa "mengunci" bibirnya untuk tidak mengkritisi pemerintah terus.
Pertama, seperti disinggung pada paragraf di atas. Bisa jadi Fadli Zon adalah martil partai yang memang ditugaskan untuk tetap mengkritisi kebijakan pemerintah. Dalam hal ini agar marwah partai yang biasa jadi tukang kritik tidak raib begitu saja.
Dengan demikian bisa menghindari anggapan banyak pihak termasuk masyarakat. Bahwa bergabungnya Gerindra dengan pemerintah akan jadi "macan ompong" yang kerjanya hanya bisa nurut terhadap pemerintah.
Dengan ini, Gerindra ingin membuktikan bahwa anggapan tersebut salah. Meski posisinya berada dalam lingkaran pemerintah, tidak lantas kehilangan fungsi kontrol. Dengan begitu diharapkan kepercayaan rakyat tetap terjaga. Terutama kader akar rumput partai yang sempat memantik pro kontra atas bergabungnya Prabowo dengan pemerintah.
Kedua, boleh jadi antara Prabowo dan Fadli Zon sudah berbeda paham dan pandangan. Jika begitu, kenapa Prabowo tidak menegur dan jika perlu memberikan sanksi tegas terhadapnya.
Dalam pandangan sederhana penulis, Prabowo bukannya tidak mau menegur atau menjatuhkan sanksi. Tapi, dia sudah "terpenjara" oleh Fadli Zon. Maksudnya, mantan Danjen Kopasus ini tak mampu berbuat lebih jauh. Sebab mantan Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019 ini adalah orang kepercayaannya dulu dan turut bersama-sama membesarkan partai.
Dengan begitu, Prabowo khawatir kartu As yang mungkin dikantongi Fadli terkuak oleh khalayak ramai. Jika sedikit saja Fadli tersinggung oleh sikap Prabowo.
Itulah hipotesa sederhana penulis yang keluar dari rasa penasaran penulis tentang sikap Fadli Zon yang terus-terusan kritis. Sedangkan di sisi lain, Prabowo seperti tidak bisa berbuat apa-apa atas kelakuan anak buahnya tersebut. Terimakasih.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H