Jadi, rasanya definisi perbedaan mudik dengan pulang kampung khusus di masa pandemi versi Presiden Jokowi cukup bisa diterima dan tak usah lagi diperdebatkan.
Bagi penulis bukan masalah mudik dan pulang kampung yang perlu perdebatkan. Tapi, yang harus dipermasalahkan adalah tentang pulang kampung versi Presiden Jokowi, tidak dilarang.
Dalam pandangan penulis, apabila pulang kampung ini dibiarkan pemerintah, maka potensi penyebaran virus corona di daerah masih cukup besar.Â
Artinya, kebijakan tersebut harus ditinjau ulang, jangan sampai kedepannya terjadi lagi polemik akibat kebijakan yang diambil hari ini.
Menunggu Alasan Jokowi
Seperti telah disinggung pada bahasan di atas, untuk mudik tahun ini larang keras oleh Presiden Jokowi. Hal ini maksudnya agar tidak terjadi lagi penyebaran virus corona lebih masif di daerah. Larangan mudik itu sendiri berlaku bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa kecuali.
Pertanyaannya, bagaimana dengan Presiden Jokowi sendiri?
Seperti diketahui, Presiden Jokowi adalah merupakan orang Solo. Dalam hal ini, jika dia mudik ke kota asalnya, berarti telah melanggar aturan yang telah dibuatnya sendiri.
Kita lihat saja apakah Presiden Jokowi akan patuh pada aturan yang dibuatnya atau malah dia justru menabraknya demi kepentingan pribadi dan keluarganya.
Jika ini terjadi, jelas tidak adil. Bukankah di mata hukum semua warga negara memiliki kedudukan yang sama. Tapi, jika Presiden Jokowi menurut atas aturan larangan mudik, berarti dia telah memberikan contoh yang baik bahwa dia sendiri pun bisa dan memaksakan diri untuk tidak mudik.
Namun, dengan demikian, Presiden terjebak oleh aturan yang dibuatnya sendiri alias senjata makan tuan. Jika dia mudik? Alasan apa yang bakal dijelaskan terhadap warga masyarakat, nanti.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H