Tentu saja, berhenti kritikan di sini maksudnya adalah kritikan yang tidak berdasar atau dilandasi unsur suka tidak suka dan kepentingan, yang akhirnya cenderung mencaci-maki dan nyinyir.
Kedua, Prabowo coba meyakinkan terhadap seluruh kadernya dan boleh jadi terhadap seluruh masyarakat tanah air, bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) selama ini terus berjuang demi kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia.
Dijelaskan Prabowo dalam taklimatnya, bahwa setiap pengambilan keputusan, mantan Gubernur DKI Jakarta itu selalu mengedepankan keselamatan masyarakat miskin dan yang paling lemah di atas kepentingan lainnya.
Dari kedua maksud taklimat yang penulis tangkap, tentu saja tentang seruannya terhadap para kader Partai Gerindra memunculkan tanya besar. Ada apa dengan Partai Gerindra?
Sebab dalam kontes taklimat kedua, yakni memuji-muji Presiden Jokowi adalah hal wajar, sebab saat ini dia berada dalam lingkaran kekuasaan dan sekaligus menjadi pembantu Jokowi sebagai Menhan.
Kenapa harus ada tanya besar?
Sekilas apa yang disampaikan Prabowo dalam taklimatnya adalah hal yang biasa disampaikan pimpinan partai terhadap para kader-kadernya. Namun, tentu untuk taklimat yang satu ini menurut hemat penulis bukanlah perkara sederhana.
Penulis melihat, dalam tubuh partai berlambang kepala burung garuda ini sepertinya tidak ada lagi satu kekuatan penuh seperti yang pernah terjadi sebelum Prabowo dan Gerindra bergabung dalam koalisi pemerintah.
Kala itu, keutuhan dan kekompakan partai begitu kental dan satu suara. Apa yang diucapkan Prabowo, itulah sikap partai secara keseluruhan. Semua siap tunduk dan menjalankan segala perintahnya. Namun, kala memutuskan gabung dengan koalisi pemerintah, tampak sedikit demi sedikit kekuatan itu pudar.
Tengok saja, beberapa petinggi partai yang sejatinya turut mensukseskan progran pemerintah, malah kerap brsebrangan dengan cara mengkritik. Nama petinggi partai yang kerap mengkritik bahkan cenderung nyinyir itu siapa lagi kalau bukan Wakil Ketua Umum Gerindra, Padli Zon.
Selain itu, masih ada juga nama lain yang sama-sama gemar mengkritik pemerintah, yaitu Ketua Dewan Pimpina Pusat (DPP) Gerindra, Desmond Junaidi Mahendra.