BANYAK cara kita jika ingin menyindir seseorang, baik secara verbal maupun non verbal. Apalagi dalam dunia politik, sindiran terhadap lawannya bisa dilakukan melalui media apa saja.
Setiap momen atau peristiwa yang sekiranya bisa dijadikan alasan dan kesempatan, biasa tidak pernah dilewatkan oleh orang-orang politik. Tentu saja hal tersebut bertujuan demi kepentingan politiknya.
Sebelumnya, tanpa ada maksud untuk menuduh apalagi menyalahkan, penulis ingin sedikit mengupas pernyataan politikus PDI Perjuangan, Adian Napitupulu.
Pada satu kesempatan, politisi kelahiran Menado, Sulawesi Utara ini mengupas tentang masalah yang sedang dihadapi bangsa Indonesia saat ini, yakni wabah pandemi virus corona atau covid-19.
Adian dengan lugas menjelaskan bahwa akibat mewabahnya virus corona di tanah air telah mengakibatkan banyak perusahaan terpaksa memberhentikan para karyawannya, sehingga otomatis kembali menjadi pengangguran.
Virus corona pula telah mengakibatkan jutaan masyarakat yang bekerja di sektor informal harus kehilangan mata pencahariannya. Menurut Adian jika tidak tertangani dengan baik oleh pemerintah akan mengakibatkan krisis ekonomi dan kelaparan. Untuk kemudian tidak menutup kemungkinan aian terjadi krisis sosial.
Untuk hal ini, Adian minta terhadap pemerintah terus fokus mencari solusi agar penyebaran virus asal Wuhan, Cina ini tidak terus menyebar luas. Oleh karenanya, mantan aktivis 1998 ini juga berharap agar para menteri dan Gubernur lebih serius terhadap masalah covid-19 dan meredam dulu ambisi mereka pada pencapresan 2024.
Tidak ada yang salah dengan apa yang dikatakan Adian. Bahkan, penulis pun sepakat jika seluruh pemangku kebijakan termasuk menteri dan gubernur jangan dulu mengedepankan kepentingan politiknya. Lebih baik mereka konsentrasi penuh melindungi rakyatnya dari ancaman virus corona. Baik itu kesehatan dan keselamatannya maupun jaminan hidupnya.
Namun, penulis menangkap ada maksud lain dari pernyataan Adian ini. Saat bicara menteri dan gubernur agar meredam dulu ambisi nyapres, sepertinya dia tengah menyindir dua orang yang memang digadang-gadang memiliki syahwat politik pada Pilpres 2024. Yaitu, Menteri Pertahanan sekaligus Ketua Umum (Ketum) Partai Gerindra dan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan.
Betul dari jajaran menteri dan gubernur yang digadang-gadang menjadi kandidat pada Pilpres 2024 bukan hanya dua nama yang disebutkan tadi, tetapi masih ada beberapa nama lainnya.Â
Namun tidak bisa dipungkiri bahwa nama Prabowo dan Anies Baswedan adalah dua nama yang saat ini berada palint depan dalam perburuan kursi presiden 2024 mendatang.
Lantas, kenapa Adian harus menyindir kedua nama tersebut? Tentu saja dia mempunyai kepentingan kuat.Â
Sebagai kader PDI Perjuangan, tentu saja Adian tidak ingin momentum wabah virus corona ini dimanfaatkan oleh Prabowo dan Anies sebagai ajang "promosi" diri untuk mendapat dukungan dan perhatian publik.
Sebab, jika itu terjadi akan berpotensi mempersempit peluang kader PDI Perjuangan dalam perebutan kursi orang nomor satu di tanah air.
Seperti diketahui, sejauh ini di tubuh partai berlambang banteng gemuk moncong putih tersebut ada dua nama yang sering disebutkan akan diusung. Yaitu Ketua DR RI, Puan Maharani dan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Celakanya, kedua nama ini belum cukup mampu mengimbangi popularitas dan elektabilitas Prabowo dan Anies.
Setidaknya, hal ini terbukti dari hasil survei Median yang mencatat nama Prabowo Subianto, Anies Baswedan menempati posisi teratas.
"Tingkat popularitas Prabowo Subianto 93,6 persen. Sedangkan tingkat elektabilitas tertutupnya 18,8 persen," kata Direktur Eksekutif Median Rico Marbun saat diskusi 'Kuda Hitam Capres 2024 dan Persepsi Publik atas Dinamika Sosial Politik. Dikutip dari CNNIndonesia.
Sedangkan berdasarkan konfigurasi elektabilitas per teritorial, Rico mengatakan Prabowo unggul di Banten-DKI Jakarta (34,7 persen); Jawa Barat (25,5 persen); serta NTB-NTT-Sulawesi dan Indonesia Timur (20,6 persen). Ia menuturkan Prabowo unggul di sejumlah pemilih partai besar, seperti Gerindra, Golkar, PPP dan PAN.
"Empat besar alasan publik memilih Prabowo antara lain tegas, berwibawa, berani dan mampu memimpin," tutur Rico.
Masih dilansir CNNIndonesia, Rico menambahkan, dukungan terhadap Prabowo juga berdasarkan andil gerakan 212. Dari 28,8 persen responden yang menyukai gerakan 212, sebagian besar mendukung Prabowo (25,5 persen). Dari instrumen ini, Prabowo hanya kalah dari Gubernur DKI Anies Baswedan yang memperoleh 27,4 persen.
Anies unggul atas Prabowo di Kalimantan (30,8 persen) dan Sumatera (27,2 persen). Dari partai yang lolos elektoral treshold, Anies hanya unggul di pemilih PKS dengan 51,7 persen.
"Tiga alasan publik memilih Anies adalah religius dan dekat dengan agama, cerdas dan pintar, serta tutur kata bagus," sambung Rico.
Sementara posisi ke-6 hingga 10 kandidat capres diisi oleh Ganjar Pranowo (5,5 persen), Khofifah Indar Parawansa (5,4 persen), Tri Rismaharini (3,3 persen), Mahfud MD (3,3 persen); dan Gatot Nurmantyo (1,6 persen).
Jika melihat dari hasil survei, jelas jagoan PDI Perjuangan akan sangat sulit bersaing dengan Prabowo atau Anies Baswedan. Â Dan posisinya akan semakin sulit, jika pada masa sulit oleh wabah virus corona, kedua nama tersebut bisa memanfaatkan momentum merebut simpati publik.
Karenanya, sebagai kader militan PDI Perjuangan tentu saja berkeinginan bahwa tongkat estapet presiden jatuh lagi ke tangan partainya yang sudah berkuasa dua periode berturut-turut atas nama Jokowi.
Adian akan mencoba dengan segala cara agar momentum wabah virus ini tidak dimanfaatkan Prabowo dan Anies sebagai ajang promosi diri. Makanya dia mengatakan agar menteri gubernur redam dulu ambisi nyapresnya.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H