Rencananya, peringatan Hari Jadi Sumedang ke-442 mengarah pada atau harus memiliki daya dongkrak pencapaian program Sumedang Simpati. Dalam hal ini, peringatan hari jadi tidak sebatas menjadi rutinitas, melainkan harus memiliki out put. Dengan kata lain, setelah prosesi hari jadi harus ada sesuatu hal yang bisa dirasakan faedahnya oleh masyarakat.
Â
"Dengan melibatkan semua pemangku kepentingan, semoga acaranya berjalan lancar," ucap Agus.
Adapun, rencana kegiatan atau agenda yang kala itu sudah disusun rapi, meliputi peresmian alun-alun, peluncuran kalender pariwisata dan kaulinan budak. Sedangkan acara pokoknya adalah  ziarah ke makam pahlawan dan leluhur Sumedang, sidang paripurna, kirab panji kerajaan Sumedang larang, upacara, malam resepsi (Doa Bersama) dan kegiatan pendukung yang lainnya.
Namun, sepertinya seluruh agenda ini akan batal dengan sendirinya seiring dengan musibah bencana non alam akibat covid-19. Terlebih, Sumedang sebagai salah satu daerah yang akan diberlakukan PSBB.
Tak berlebihan rasanya, jika untuk perayaan hari jadi Sumedang ke-442 tahun ini, penulis menyebutnya tak bernyawa. Sebab hampir dipastikan tidak ada acara apapun yang akan melibatkan banyak masyarakat, seperti tahun-tahun sebelumnya.
Hari Jadi Sumedang Tahun Lalu Ciptakan Rekor Dunia
Sebagamana telah disinggung diatas, perayaan hari jadi Sumedang tahun 2020 ini tidak akan ada nyawanya alias segala agenda yang berkaitan dengan prosesi kegiatan milangkala ditiadakan, seiring adanya aturan PSBB.
Jelas ini sangat berbeda dengan perayaan hari jadi tahun lalu yang penuh warna dan hingar bingar. Soalnya kebetulan bertepatan dengan momentum seabadnya lingga (monumen bersejarah masyarakat Sumedang yang berada di Alun-alun). Karenanya kegiatan saat itu diidentikan dengan angka satu abad atau 100.
Yaitu, digelarnya 100 rurukan, 100 mata air dari seluruh kecamatan, 100 tumpeng, 100 kuliner asli Sumedang, 100 foto-foto jadul (jaman dulu), 100 tokoh kasumedangan, 100 pusaka dan 100 bendera rurukan.
Berkenaan dengan kegiatan ini pula, terjadi pemecahan rekor dunia atas nama 100 rurukan, 100 tumpeng, 100 cai kahuripan dan 100 pusaka.
Pada kesempatan hari jadi Sumedang ke-441 tahun lalu juga dijadikan momentum bagi kemajuan seni budaya dan pariwisata Sumedang.