DALAM tiga hari terakhir, masyarakat tanah air selalu disuguhkan informasi atau berita yang cukup menggembirakan, terkait jumlah angka kesembuhan pasien positif virus corona atau covid-19 dibanding dengan jumlah angka kematian.
Jumlah angka kesembuhan mampu melebihi jumlah angka pasien yang meninggal dunia ini terjadi sejak Kamis (16/4/2020).
Seperti biasa, Juru Bicara pemerintah khusus penanganan virus corona, Achmad Yurianto memberikan update data pada siaran langsung yang ditampilkan televisi swasta nasional, bahwa saat itu pertama kalinya bahwa jumlah angka kesembuhan lebih tinggi mencapai 548 orang. Sementara jumlah angka kematian adalah 496 jiwa.
Sejak hari itu hingga kemarin, Sabtu (18/4/2020), lebih tingginya jumlah angka kesembuhan dibanding dengan angka kematian tersebut masih bisa dipertahankan. Yakni mencapai 631 pasien. Sedangkan jumlah angka kematian adalah 535 orang.
Tentu saja berita atau informasi ini merupakan kabar baik sekaligus membuktikan bahwa penyakit yang diakibatkan virus corona ini sebenarnya memiliki persentase atau peluang sembuh lebih baik dibanding kematian, jika memang ditangani dengan baik.
Tidak hanya itu, secara psikologis hal ini juga bisa membantu dan menaikan mental para pasien positif lainnya untuk lebih bersemangat berjuang hidup. Sedangkan untuk masyarakat luas, setidaknya bisa memberikan ketenangan batin agar tidak terlalu khawatir dan panik dalam menghadapi pandemi virus corona.
Hanya saja, dibalik informasi yang menggembirakan ini, muncul pihak-pihak yang merasa data yang dirilis pemerintah ini "tidak jujur" atau tidak sesuai fakta di lapangan. Terlebih sebelumnya, terjadi sengkarut tentang kebenaran data yang selalu di rilis tiap hari oleh Ahmad Yurianto dengan data milik data yang ada di daerah.
Belum lagi, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan kerap mengklaim jumlah angka kematian di wilayahnya lebih banyak dibanding dengan angka nasional. Hal tersebut dibuktikan dengan banyaknya jasad yang dikebumikan menggunakan protokol covid-19.
Bahkan, pengajar statistik epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Pandu Riono juga turut, mempertanyakan tentang angka pasien sembuh yang diakibatkan virus corona dalam tiga hari ini lebih tinggi dari kematian.
Seperti dilansir Tempo.co, Pandu mengatakan, laporan yang disampaikan juru bicara pemerintah, mengenai angka kesembuhan pasien Covid-19 masih belum jelas.Â
Seharusnya, pemerintah memaparkan kriteria kesembuhan. Misalnya, pasien yang sebelumnya mengalami kondisi berat lalu menjadi ringan atau kesembuhan yang dialami mereka yang membawa virus namun tidak memiliki gejala atau gejalanya ringan.
Masih dilansir Tempo.co, pasien yang dikatakan sembuh, kata Pandu, bisa juga karena pemeriksaan swab-nya negatif.
"Kalau itu dilaporkan dari sekian yang dirawat di rumah sakit yang (kondisi) berat ini sembuh, itu kemajuan. Berhasil hidup keluar," ujarnya.
Memang sangat disayangkan jika pemerintah masih terus "main kucing-kucingan" atau masih harus menyembunyikan data sebenarnya tentang jumlah kasus yang diakibatkan covid-19. Baik itu kasus positif, kematian atau kesembuhannya.
Padahal, dalam situasi seperti sekarang lebih baik data tersebut dibuka sebenar-benarnya dan seluas-luasnya. Karena kalau terus terjadi ketidak singkronan antara pusat dan daerah dikhawatirkan akan berpengaruh pada upaya mengurangi dampak bencana atau mitigasi wabah itu sendiri.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H