Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

WHO Sebut Penyemprotan Disinfektan di Jalan Raya adalah Konyol

7 April 2020   16:54 Diperbarui: 7 April 2020   17:06 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


BERAGAM cara terus diupayakan pemerintah Indonesia guna memutus rantai penyebaran virus corona atau covid-19 yang kian hari jumlah kasusnya terus bertambah.

Cara yang terus digalakan dan dianjurkan pemerintah, apalagi kalau bukan social distancing, psycal distancing, work from home hingga sementara ini berujung Pembatasan Sosial Berskala besar (PSBB).

Lebih dari itu, pemerintah juga tak bosan mewanti-wanti terhadap seluruh warga negaranya agar senantiasa memelihara kesehatan dengan cara mencuci tangan pakai sabun, mengenakan masker jika keluar rumah, jangan sering-sering menyentuh wajah, olahraga, makanan sehat dan sebagainya.

Itu adalah cara pemerintah dalam bentuk himbauan atau ajakan terhadap masyarakat. Tapi, selain itu ada juga yang langsung dipraktikan oleh pemerintah melalui dinas terkait. Salah satu yang sedang marak terjadi adalah penyemprotan cairan disinfektan.

Cara ini, sekarang terus berlaku di hampir setiap daerah di tanah air. Baik itu penyemprotan di lembaga-lembaga perkantoran, tempat peribadatan, tempat tinggal penduduk, hingga jalan raya.

Nah, terkait penyemprotan disinfektan di jalan-jalan protokol ini kerap dilakukan pemerintah, terutama di DKI Jakarta yang dianggap sebagai episentrum virus corona di Indonesia. 

Tidak tanggung-tanggung, penyemprotan tersebut dilakukan dengan mengunakan kendaraan pemadam kebakaran (Damkar). Mungkin maksudnya agar sebaran cairan ini bisa lebih menyebar luas.

Tak hanya di Jakarta, di Sumedang pun penyemprotan disinfektan di jalan protokol, penulis temukan beberapa kali. Penyemprotan disinfektan di jalanan dan lingkungan luar ruangan memang bukan fenomena Indonesia saja. Di beberapa negara lain, seperti India, Meksiko juga dilakukan.

Jujur, sebelumnya penulis anggap kegiatan ini akan sangat membantu masyarakat terhindar atau setidaknya meminimalisir penularan virus covid-19. Tapi, rupanya anggapan penulis ini salah besar.

Pasalnya, menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) cara-cara yang dilakukan itu merupakan cara yang konyol.

Dilansir detikcom yang mengutip dari Reuters, Kepala Jaringan Wabah dan Tanggap Darurat Global WHO, Dale Fisher menganggap langkah penyemprotan jalanan dengan disinfektan bisa berisiko merugikan kesehatan masyarakat, membuang waktu, dan menghamburkan sumber daya.

"Itu adalah sebuah gambaran konyol di banyak negara," kata Fisher yang juga ahli penyakit menular, Selasa (31/3).

Sementara dalam unggahan DW news pada akun Youtube-nya, Dale Fisher juga menyebut, daripada menyemprot jalanan dengan disinfektan mengandung klorin, lebih baik menggalakkan kegiatan cuci tangan dengan sabun.

"Mungkin itu adalah citra masyarakat yang kita anggap serius, saya tidak tahu. Yang jelas, itu adalah hal yang tidak kami rekomendasikan. Kami tidak percaya orang-orang tertular virus dari permukaan tanah (jalanan -red)," kata Fisher, Kamis (2/4).

"Saya lebih melihat orang-orang mencuci tangan dan menjaga jarak, hal seperti itulah yang merupakan aksi tanggap masyarakat terhadap virus, bukan menyemprotkan klorin di mana-mana," kata Fisher.

Nah, dengan adanya tanggapan dari WHO ini, apakah penyemprotan disinfektan akan tetap terjadi atau dilakukan oleh pemerintah? Tentunya masih menarik kita tunggu.

Tapi, sejatinya jika berkaca pada pernyataan Fisher, lebih baik dihentikan, dan anggaran untuk disinfrktan bisa dialihkan terhadap hal lain yang lebih bermanfaat bagi masyarakat.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun