SEMAKIN masivnya penyebaran PANDEMI virus corona (covid-19) di tanah air, patut diakui rupanya telah juga mengganggu fsikologis warga masyarakat.
Tak sedikit dengan adanya wabah virus asal Wuhan, Provinsi Hubei, China ini masyarakat mendadak paranoid.
Contoh kecil, terjadi di lingkungan sekitar penulis, ada seorang perempuan yang usianya sekitar 20 tahunan lebih dan belum menikah, namun dalam hal ini tidak akan disebutkan namanya untuk menjaga privasi dirinya.
Wanita ini biasanya supel dalam bergaul dan cukup aktif dalam kegiatan pemuda. Tapi, semenjak adanya kasus positif di Kabupaten Sumedang, tempat tinggal penulis, si wanita ini lebih banyak mengurung diri dan terkesan judes jika sekalinya ditanya bila kebetulan sedang keluar.
Mungkin saja, maksud si wanita ini ingin menerapkan himbauan pemerintah perihal social distancing. Tapi, jika dalam praktiknya terlalu berlebihan seperti itu rasanya tak elok juga. Bahkan menjadi bahan gunjingan di antara teman-temannya.
Tentu saja bukan jaga jarak seperti itu yang diharapkan Presiden Jokowi. Tapi, jaga jarak yang seperti biasanya tanpa memantik permusuhan dan putusnya tali silaturahmi.
Nah, kaitannya dengan prilaku paranoid akibat mewabahnya virus corona ini juga ditunjukan oleh warga Purwokerto, Jawa Tengah.
Warga disana dengan tegas menolak pemakaman mayat yang meninggal diakibatkan oleh virus corona. Mereka beranggapan, virus yang ada dalam tubuh mayat itu masih bisa menular sekalipun sudah dimakamkan.
Menurut hemat penulis, apa yang ditunjukan warga ini benar-benar telah bahkan terlalu dihantui rasa khawatir sehingga mengganggu mentalnya.
Ini jelas merupakan hal yang akan jadi preseden buruk jika terus dibiarkan dan tidak menutup kemungkinan akan  menimbulkan konflik baru antar masyarakat.
Seperti dilansir Suarajateng.id, menanggapi hal itu, Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo meminta, agar kejadian penolakan jenazah yang terjadi di Purwokerto adalah yang terakhir. Menurutnya, penolakan tersebut melukai perasaan keluarga pasien.