Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Karena Urusan Perut, Lockdown India Kacau, Siapkah Indonesia?

29 Maret 2020   23:54 Diperbarui: 30 Maret 2020   13:24 1091
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


PANDEMI virus corona (covid-19) menjadi mahluk yang paling sangat dimusuhi oleh seluruh negara di dunia saat ini.

Betapa tidak, setelah memporak-porandakan China sejak ditemukan pada akhir Desember 2019 lalu, virus ini terus bereksvansi ke berbagai pelosok negara. Tak hanya di negara-negara dekat saja, melainkan sudah menyebar ribuan kilometer jauhnya.

Karena penyebarannya cepat dan masif serta mengancam keselamatan jiwa manusia, beberapa negara memutuskan cara paling ekstreem, yaitu berupa penutupan akses masuk dan keluar suatu wilayah atau negara. Kemudian terkenal dengan sebutan lockdown.

Lockdown ini dianggap oleh beberapa negara sebagai jurus pamungkas untuk memutus rantai penyebaran virus corona, meski hasilnya tak sepenuhnya berhasil.

Sebut saja Italia, meski otoritas tertinggi negara tersebut telah menerapkan lockdown sejak 9 Maret lalu, tetap saja lonjakan jumlah kasus positif virus covid-19 terus terjadi bahkan sudah melampaui angka 100 ribu lebih. Imbasnya, korban jiwa pun berjatuhan hingga menembus angka 10 ribu lebih jiwa.

Meski begitu, lockdown bagi beberapa negara adalah cara paling tepat dan efektif guna melawan penyebaran virus corona. Salah satu negara yang juga menerapkan lockdown adalah India.

Negara penghasil produksi film-fiml Bolywood ini sudah mulai menerapkan lockdown sejak Selasa (24/3) lalu.

Namun, rupanya kebijakan ini tidak sepenuhnya bisa diterima oleh warga masyarakat. Mengingat kebijakan ini dianggap telah merugikan mereka-mereka yang berpenghasilan pas-pasan, sehingga terancam kelaparan dan menimbulkan kepanikan warga.

Puncaknya, seperti dilansir dari detikcom, hari ini Minggu (29/3), kebijakan lockdown yang diterapkan pemerintah India berujung kekacauan.

Orang-orang di India yang cemas mulai memborong bahan pokok. Banyak rak di toko-toko di kota-kota besar New Delhi dan Mumbai kosong.

Masih dilansir detikcom, sementara itu, jutaan orang kehilangan pekerjaan dan tanpa uang akibat penutupan itu. 

Hal itu memicu eksodus dari kota besar seperti Delhi, di mana ribuan pekerja migran berangkat dalam perjalanan panjang kembali ke desa asal mereka setelah transportasi dihentikan.

Seorang pekerja bahkan dilaporkan meninggal pada Sabtu (28/3) kemarin, setelah berusaha berjalan sejauh 270 mil (270km) kembali ke rumah.

Dengan peristiwa tersebut, jelas lockdown yang diterapkan pemerintah India sama sekali tidak berjalan efektif. 

Artinya, saat lockdown diterapkan, pemerintah hanya memikirkan bagaimana caranaya agar virus corona terputus penyebarannya.

Tapi, fakta di lapangan, saat penduduk sudah terancam dengan keadaan ekonominya terutama urusan isi perut. 

Kesabaran meraka akhirnya habis dan tidak bisa lagi menahan diri. Sebab, harus tetap bisa mempertahankan hidup meski harus melanggar aturan pemerintah.

Jadi, niat pemerintah India untuk mengisolasi warganya agar jangan bepergian, tanpa didasari kesiapan yang terencana, yang terjadi malah sebaliknya.

Dengan banyaknya orang-orang yang eksodus itu boro-boro bisa memutus rantai penyebaran. Yang ada malah sebaliknya, berpotensi besar terjadinya penyebaran virus corona lebih masif.

Nah, saat ini juga tidak sedikit kalangan yang menginginkan pemerintah secepatnya menerapkan lockdown agar lonjakan kasus positif virus corona tidak terus terjadi.

Sejujurnya penulis paham dan setuju dengan adanya lockdown di tanah air. Namun tentunya harus dipersiapkan matang dan terencana. Artinya jangan sampai dalam masa atau periode lockdown banyak masyarakat kelaparan.

Karena jika itu terjadi, maaf apa yang terjadi di India boleh jadi akan terjadi pula di Indonesia.

Contoh kecil saja, baru sebatas himbauan social distancing dan work from home, sudah berapa ribu orang yang tinggal di Jakarta kembali ke kampung halamannya.

Kenapa?

Karena di sana mereka tidak bisa berbuat apa-apa, sementara kebutuhan hidup jelas tidak bisa ditunda-tunda. Akhirnya mereka putuskan untuk kembali ke kampung halamannya daripada hidup kesusahan di tempat perantauan.

Jadi intinya, jika pemerintah pada akhirnya ingin menerapkan lockdown, satu hal yang patut diperhatikan. Yaitu, bagaimana agar isi perut masyarakatnya tetap bisa terisi.

Jadi, bagaimana pak Jokowi, sudah siapkah jika Indonesia Lockdown?

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun