Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bisakah Jokowi Tiru Langkah Presiden Ghana Soal Covid-19?

29 Maret 2020   20:32 Diperbarui: 30 Maret 2020   13:29 780
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami tahu bagaimana menghidupkan kembali perekonomian, yang kami tidak tahu adalah bagaimana menghidupkan kembali orang meninggal," (CNNIndonesia)

KALIMAT diatas adalah pernyataan berani Presiden Ghana, Nana Addo Dankwa Akufo-Addo pada pidato pengumuman terkait keputusanya menerapkan lockdown.

Seperti dilansir CNNIndonesia, pernyataan Addo tersebut masuk dalam jajaran teepopuler di twiiter. Lebih dari 14 ribu netizen memuji langkah Addo yang lebih memprioritaskan rakyatnya daripada ekonomi.

Masih dilansir CNNIndonesia, Addo resmi menerapkan lockdown di dua wilayah utama Ghana, yaitu wilayah Metropolitan Accra dan Metrpopolitan Kumasi, selama dua minggu mulai Senin (30/3) esok. Keputusan ini diambil setelah 137 orang warganya positif virus corona dan 4 orang meninggal dunia.

Sejujurnya, penulis sepakat dengan apa yang diucapkan Presiden Ghana ini, bahwa memang benar bahwa perekonomian suatu negara masih bisa dihidupkan kembali sebagaimanapun hancurnya. 

Sebaliknya, siapa presidennya atau siapapun orangnya yang bisa menghidupkan nyawa manusia.

Terlepas seberapa mampunya Presiden mampu membuktikan kata-katanya, tapi dari kasat mata dia sudah mampu membuktikan sebagai pimpinan yang menganggap nyawa warganya adalah yang utama dibanding hal lainnya termasuk masalah ekonomi.

Nah, dengan adanya pernyataan dari Presiden Ghana tersebut, banyak warganet yang berharap Presiden Jokowi meniru langkah Addo.

Pertanyaannya sekarang, sejauh mana Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) memiliki keberanian seperti yang diperlihatkan Presiden Ghana, Addo?

Maaf, sedikitpun penulis tidak punya maksud membandingkan keduanya (Addo dan Jokowi). Tapi, selama mewabahnya penyebaran virus corona (covid-19) Presiden Jokowi memang belum berani menerapkan lockdown.

Adapun yang saat ini terjadi adalah lockdown "dipaksakan" oleh beberapa kepala daerah. Tanpa adanya koordinasi dengan pemerintah.

Pemerintah pusat atau Presiden Jokowi hanya baru menghimbau rakyatnya untuk senantiasa meminimalisir interaksi sosial dengan cara menjaga jarak atau social distancing dan belajar, bekerja dan beribadah di rumah atau dikenal dengan istilah work from home.

Namun nyatanya, cara atau lebih tepatnya himbauan Presiden Jokowi ini belum memperlihatkan hasil memuaskan. Jumlah kasus positif akibat terinfeksi virus corona terus meningkat tiap harinya.

Menurut rilis data pemerintah yang disampaikan langsung oleh Juru Bicara khusus penanganan virus corona, Achmad Yurianto, sejak ditemukannya kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020 lalu hingga hari ini Minggu (29/3/20) jumlah kasus positif virus covid-19 di tanai air mencapai 1.285 orang dengan 114 orang diantaranya meninggal dunia dan 64 orang telah dinyatakan sembuh.

Tentu saja dilihat dari jumlah kasus dan angka kematian, kondisi ini sungguh mengkhawatirkan. Parahnya, jumlah kasus ini sipatnya masih sementara. Artinya, tidak menutup kemungkinan tiap harinya akan terus bertambah.

Sekali lagi, ini membuktikan bahwa himbauan pemerintah pusat dalam hal ini Presiden Jokowi tidak berjalan dengan efektif.

Artinya kalau memang Presiden Jokowi masih ingin memaksakan dengan langkah yang diambilnya ini perlu dipagari dengan regulasi khusus dan ketat agar masyarakat terpaksa taat dengan himbauan social distancing dan work from home.

Meski begitu, jangan lupakan pula konsekwensi logis yang bakal dirasakan masyarakat jika dipaksa menuruti himbauan dimaksud. Yakni, masalah isi perutnya. 

Sebab, jika hal ini tidak dipikirkan, bukan tidak mungkin akan terjadi kericuhan-kericuhan dimana-mana karena banyak warga yang kelaparan.

Tentu saja ini hal yang sangat berat bagi pemerintah dan Presiden Jokowi. Meski begitu, ini semua tentunya menjadi tanggung jawab pemerintah.

Penyebaran virus corona memang harus diputus rantai penyebarannya agar tidak semakin banyak lagi warga yang tertular dan meninggal dunia. 

Tapi urusan perut warga masyarakat juga tak kalah pentingnya. Sebab, jika dibiarkan, boleh jadi kegemparannya melebihi keganasana wabah virus corona itu sendiri.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun