Namun demikian, kita tidak bisa menutup mata pula dengan kondisi geografis Indonesia yang begitu luas. Hal ini, tentu saja tidak bisa dibandingkan dengan negara-negara lainnya seperti Italia, Malaysia, Selandia Baru dan Denmark.
Belum lagi aspek-aspek lain yang pasti akan berbeda karakteristiknya, terutama sektor ekonomi. Dengan adanya lock down jelas sangat besar dampaknya terhadap kehidupan ekonomi masyarakat yang mayoritas mengandalkan pendapatannya dari sektor informal.
Hal-hal yang disebutkan di atas tentunya menjadi salah satu alasan mengapa pemerintah masih enggan menerapkan lock down.
Alasan lain juga diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan dan juga Menyeri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Tohir.
Seperti dilansir dari CNBC Indonesia, pada akun instagramnnya, Luhut  mengatakan masih akan terus mengkaji soal rencana lockdown.
"Bisa saja besok, lusa, kita tiba-tiba per daerah. Daerah A mungkin kita karantina. Tapi kita nggak ngerti karena tidak ada istilah dalam undang-undang mengenai lockdown atau karantina. Bisa saja karantina satu desa, kecamatan, sampai nanti kota atau provinsi dan seterusnya kajiannya masih terus berjalan sampai saat ini," ungkap Lubut, Selasa, (24/03/2020).
"Pemerintah melihat luas sekali nggak mungkin pemerintah akan careless, atau dikatakan presiden ragu-ragu. Saya kan bagian dari proses pengambilan keputusan," imbuhnya.
Hal hampir serupa juga diungkapkan Menteri BUMN, Erick Tohir. menurutnya Indonesia belum memerlukan lock down. Pilihan social distancing dianggapnya langkah terbaik.
"Yang terbaik hari ini, seperti di banyak negara, Korea Selatan, Jepang, yang dinamakan social distancing atau physical distancing. Pokoknya yang gampang katanya pak presiden jaga jarak aman," ujar Erick dalam media briefing di Jakarta, Selasa (24/3/2020). Dikutip dari CNBC Indonesia.
Nah, dengan penjelasan kedua menteri ini, semoga saja mereka bicara dengan fakta dan data sebenarnya.Â