BEBERAPA waktu lalu ada berita cukup menghebohkan sekaligus miris, bahwa ada beberapa dokter dan perawat di beberapa daerah yang tengah menangani pasien suspect virus corona (covid-19) tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) sesuai dengan standar kesehatan seharusnya.
Dalam hal ini, para dokter atau perawat yang ada pada garda terdepan dalam tugas mulianya menyelamatkan pasien-pasien terindikasi positif virus corona atau Pasien dalam penanganan (PDP) ini malah menggunakan alat pelindung seadanya dengan memanfaatkan jas hujan.
Timbul banyak pertanyaan dari sejumlah pihak. Apakah hal janggal tersebut merupakan kesengajaan atau ada hal lainnya.
Sebab, diakui ataupun tidak, saat para dokter atau perawat diharuskan melindungi dirinya dengan segala perangkat yang dijamin keamanannya agar tidak mudah terpapar virus asal Wuhan, Provinsi Hubei, China dimaksud. Justru di beberapa daerah di tanah air malah menggunakan alat pelindung seadanya. Yakni menggunakan jas hujan.
Padahal, para dokter dan perawat ini benar-benar dihadapkan pada tugas maha berat. Selain dituntut bisa menyembuhkan pasiennya, juga harus bisa melindungi dirinya sendiri.
Nah, jika alat pelindung yang dipakainya ini dari bahan atau bukan perangkat yang semestinya, apa tidak malah mengancam keselamatan si perawat itu sendiri.
Jadi, apapun alasannya berita tentang adanya para dokter dan perawat mengenakan jas hujan dalam penanganan pasien virus corona jelas sangat memprihatinkan.
Betapa tidak, di saat kita sedang berhadapan dengan masalah serius yaitu ancaman virus corona, para pekerja lapangan yang berhadapan langsung dengan pasien "dipaksa" bekerja dalam keterbatasan.
Boleh jadi, para dokter dan perawat ini dengan ikhlas dan sukarela dalam menjalankan tugasnya. Tapi, tetap saja tidak bisa dibiarkan, karena kemungkinan besar berpotensi terjadi penyebaran terhadap diri si perawat.
Salah satu Rumah Sakit yang terpaksa memanfaatkan jas hujan sebagai alat pelindung diri tersebut adalah RSUD Sekarwangi Kabupaten Sukabumi.
Lantas kenapa hal memprihatinkan ini bisa terjadi, apakah memang pihak pemerintah tidak menyediakan stock yang cukup untuk para dokter dan perawat suspect virus corona atau memang stocknya habis atau malah untuk gaya-gayaan?