Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Teriak Lockdown? Perhatikan Dulu Hal Ini!

17 Maret 2020   22:13 Diperbarui: 17 Maret 2020   23:12 753
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


SEMENJAK makin bertambahnya jumlah kasus warga negara Indonesia (WNI) positif terinfeksi virus corona (covid-19), desakan publik terhadap pemerintah untuk segera memberlakukan Lockdown atau mengunci seluruh akses masuk maupun keluar dari suatu daerah maupun negara. Lockdown diberlakukan untuk membatasai ruang gerak penyebaran virus asal Wuhan, Provinsi Hubei, China semakin meningkat.

Betul, desakan penerapan lockdown di tanah air ini masih terus mengundang pro kontra. Tentu saja mereka memiliki argumentasi dan pembenarannya masing-masing.

Boleh jadi bagi mereka yang hidupnya berkecukupan dan berkantong tebal, lockdown bisa jadi alternatif terbaik. Karena tinggal memborong segala kebutuhan hidup selama diberlakukan lockdown, urusan selesai.

Tapi bagaimana dengan penduduk Indonesia yang maaf sebagian besarnya masih dalam kondisi hidup pas-pasan? Bisa jadi pemeberlakuan lockdown akan menjadi kiamat kecil bagi mereka.

Jadi dalam hal ini, maaf menurut hemat penulis kita sebagai anak-anak bangsa jangan terjebak pada kepentingan pribadi dan sekelompok orang hingga latah dengan negara-negara lain yang telah lebih dulu menerapkan lockdown dalam rangka penanganan dan pencegahan penyebaran wabah virus corona lebih massif.

Kita ambil contoh Italia, sebagai negara yang tercatat paling parah setelah China dalam jumlah kasus positif virus corona termasuk angka kematiannya.

Namun demikian, bagi otoritas tertinggi negara yang pernah dikuasai Musolini ini bisa dengan mudah memberlakukan lockdown, mengingat populasi penduduknya kurang lebih sekitar 60 juta jiwa atau kurang dari seperempatnya jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 260 juta lebih. Pun dengan luasan wilayahnya, Italia jelas jauh lebih kecil dibanding dengan Indonesia.

Dan yang paling utama adalah taraf hidup perekonomian penduduk Italia bisa penulis pastikan jauh lebih baik dibanding dengan taraf hidup sebagian besar masyarakat Indonesia.

Jadi jika Italia berani memberlakukan lockdown mungkin dampaknya tidak akan separah apa yang akan menimpa Indonesia jika memberlakukan hal serupa.

Terus satu hal lagi yang perlu dicatat, seperti penulis tulis di atas, bahwa Italia adalah negara paling parah terdampak virus corona setelah China. Artinya jumlah kasus dan angka kematiannya juga paling tinggi.

Sementara di Indonesia, meski terus bertambah jumlah kasusnya, namun persentase kematiannya pun masih dibilang sangat rendah, yakni lima orang dari 172 kasus per hari ini, Selasa (17/3/20). Seperti dikutip CNNIndonesia.

Nah, sekarang pertanyaannnya bagaimana jika lockdown akhirnya diberlakukan di Indonesia?

Bisa jadi dampak yang akan dirasakan pemerintah dan masyarakat Indonesia akan jauh lebih besar dibanding negara lain termasuk Italia.

Tengok saja, berapa ribu bahkan ratusan ribu atau mungkin juga jutaan jiwa di tanah air yang menggantungkan hidupnya dari sektor informil, seperti pedagang kaki lima, jualan makanan semisal bakso, siomay, ketoprak dan lain sebagainya.

Seberapa kuat mereka akan bertahan jika lockdown diberlakukan. Dalam situasi normal saja banyak yang hidupnya kembang kempis, apalagi jika diberlakukan lockdown. Seperti penulis sebut, kemungkinan besar akan menjadi kiamat kecil bagi mereka. Karena jelas tidak ada lagi penghasilan yang mereka dapatkan. Sementara kebutuhan tidak bisa ditunda-tunda.

Apakah pemerintah siap dan sanggup untuk menanggung segala kebutuhan masyarakatnya selama proses lockdown diberlakukan. Tentunya ini masih tanda tanya besar.

Dilansir Detikcom, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebut jika lockdown terjadi, pemerintah harus menyiapkan bantuan langsung tunai (BLT) kepada masyarakat menengah ke bawah yang bekerja di sektor informal.

"Pemerintah harus menyiapkan itu. Kalau nggak, mereka akan kesusahan," katanya, Selasa (17/3/2020).

Sementara masih dilansir detikcom, Ekonom BCA David Sumual mengatakan jika lockdown dilakukan maka dampaknya di Jakarta sangat lebih berpengaruh terhadap perekonomian nasional. Mengingat 75% pergerakan uang dalam perkonomian nasional terjadi di Jakarta.

"Dampak ekonominya agak sukar dihitung karena kita belum tahu berapa lama (jika lockdown) akan terjadi. Lockdown-nya misalnya seminggu, dua minggu, sebulan, beda hasilnya. Kalau dilakukan di Jakarta akan cukup signifikan pengaruhnya karena porsi Jakarta terhadap ekonomi nasional besar. 75% peredaran uang kan adanya di Jakarta, Jabodetabek," sebutnya.

Meski begitu, pengaruh pertumbuhan ekonomi di tengah situasi saat ini dianggapnya tidak masalah. Mengingat hampir semua negara mengalami penurunan ekonomi akibat virus corona ini.

"Dampaknya karena arus barang jasa itu nggak jalan, nggak lancar, itu pengaruh ke pertumbuhan (ekonomi). Tapi kan seluruh negara mengalami, jadi nggak masalah dari sisi supply turun, demand-nya juga turun itu pengaruh ke pertumbuhan ekonomi. Bukan sesuatu yang aneh karena seluruh dunia mengalami hal yang sama," kata David.

Jadi, mengingat permasalahan di atas, tentunya kita tidak berharap lolos dari "cengkraman" virus covid-19, namun timbul masalah baru. Bisa jadi, karena didesak oleh kebutuhan, warga masyarakat bisa saja berbuat nekad dan anarkis guna mencukupi kebutuhannya tersebut. Jelas hal ini tidak diinginkan, bukan?

Jadi, bagi siapa saja yang terus-terusan meneriakan lockdown, penulis mohon bersabarlah dulu sambil menunggu perkembangan selanjutnya. Biarkan pemerintah bekerja sambil menghitung untung ruginya pemberlakukan lockdown.

Penulis yakin, jika memang itu perlu dilakukan, lockdown pasti terjadi. Tapi, di saat bersamaan pemerintah juga telah siap dengan segala konsekuensinya agar masyarakat tidak terjebak dalam kesulitan hidup.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun