Tapi rupanya kenikmatan segala puja dan puji yang didapatkan Anies langsung menguap begitu saja, dan kembali mendapat kritikan.
Rupanya tidak seluruh kebijakan mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini berakhir dengan cerita manis.
Satu kebijakannya tentang pembatasan operasional transportasi umum guna mencegah penyebaran virus yang berasal dari Wuhan, Provinsi Hubei, China ini dianggap sebagai kebijakan blunder, tidak terencana matang hingga hasilnya amburadul.
Pasalnya, terkait dengan kebijakan Anies yang satu ini, akibatnya terjadi antrean dan penumpukan penumpang dimana-mana.
Dengan demikian, menurut penulis apa yang menjadi kebijakan Anies ini menciptakan efek domino. Di satu sisi kebijakan pembatasan operasisonal transportasi diharapkan agar tidak terjadi penumpukan masa guna membatasi ruang gerak penyebaran virus corona.
Tapi, dampak dari kebijakannya itu justru yang terjadi adalah antrean dan penumpukan calon penumpang. Ini sama saja bohong, kan?
Seperti dilansir CNNIndonesia, peneliti Kebijakan Publik sekaligus dosen Universitas Indonesia, Roy Valiant Salomo menilai kebijakan itu tidak berdasarkan kajian yang tepat atau Evidence Based Policy.
"Kemarin Anies buat kebijakan mengurangi transportasi umum. Hari ini terjadi antrean luar biasa di transportasi publik. Ini meningkatkan risiko penularan. Saya bingung kok pejabat kita buat blunder terus," ujarnya, kepada CNNIndonesia.com, Senin (16/3).
Tidak hanya Roy, masih dilansir CNNIndonesia, Pakar Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti Trubus Rahadiansyah mengatakan kebijakan Anies terhadap pembatasan operasional transportasi tidak didukung dengan sejumlah perusahaan yang tidak menerapkan sistem Working From Home atau kerja dari rumah.
Untuk itu, Trubus meminta kepada Anies agar dalam waktu dekat mengumpulkan para pengusaha untuk membicarakan solusi guna menghadapi situasi yang sedang melanda masyarakat ibu kota.
"Apakah itu melalui asosiasi pengusaha Apindo atau asosiasi lain untuk dikumpulkan dan diberikan pemahaman bahwa karena kondisi Jakarta penyebaran Covid cukup tinggi, maka diminta untuk membatasi; mengurangi (gerak)," katanya.