Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

AHY, dari Tentara Menuju Tahta

15 Maret 2020   19:13 Diperbarui: 15 Maret 2020   19:11 306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


PARTAI Demokrat mulai hari ini, Minggu (15/3/20) tengah menapaki sejarah baru dalam pergulatan politik tanah air, seiring terpilihnya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) sebagai Ketua Umum (Ketum) yang baru.

Ya, berdasarkan hasil kongres di JCC Senayan Jakarta, secara aklamasi AHY resmi menjadi Ketum Partai Demokrat 2020 - 2025, menggantikan kedudukan Ketum sebelumnya sekaligus ayah kandungnya sendiri, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)

"Betul," ujar Kadiv Hukum dan Advokasi DPP Partai Demokrat (PD) Ferdinand Hutahaean lewat pesan WhatsApp kepada detikcom, Minggu (15/3/2020). (Detikcom).

"Terpilih secara aklamasi," kata Ferdinand.

Masih dilansir dari detikcom, sebelumnya, AHY mendaftarkan diri sebagai caketum Partai Demokrat sesaat sebelum Kongres V Partai Demokrat.

Wasekjen Demokrat Andi Arief mengatakan AHY telah mendapatkan dukungan 93 persen.

"AHY saat mendaftar baru saja mendapat dukungan 93 persen," kata Andi Arief kepada wartawan, Minggu (15/3).

Jauh hari sebelumnya, mungkin publik bahkan pengamat politik sekalipun tidak akan pernah menyangka kalau putra sulung mantan Presiden Republik Indonesia dua periode, (2004 - 2009 dan 2009 - 2014), Susilo Bambang Yudhoyono ini bakal menjadi Ketua umum partai politik.

Kalaupun ada yang menebak siapa pewaris Partai Demokrat, pastinya bakal cenderung memilih memiliki nama Edhi Baskoro Yudhoyono atau lebih akrab di sapa Ibas. Karena dia sejak awal sudah terjun dalam dunia politik.

Sebagai anak pendiri partai, ditambah dia (Ibas) terjun langsung mengikuti jejak ayahnya terjun dalam dunia politik, siapapun pasti menyangka bahwa Ibaslah yang akan mewarisi tahta Demokrat jika SBY lengser dari jabatannya sebagai Ketum Partai Demokrat.

Kenapa publik atau siapapun pihaknya tidak ada yang berani menyangka, bahwa AHY-lah yang akan mewarisi tahta tersebut? Jawabannya sederhana, karena AHY sama sekali tidak bersentuhan dengan dunia politik.

Saat Ibas sudah melanglang buana di dunia Politik, AHY justru berada di dunia yang bersebrangan. 

Ya, AHY saat itu masih menjadi seorang abdi negara sebagai anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) berpangkat Mayor.

Dikutip dari Wikipedia, AHY pernah berkarier sebagai militer profesional di TNI selama 16 tahun. 

Dia juga merupakan lulusan terbaik dari Akademi Militer tahun 2000 dan meraih penghargaan Presiden RI, Bintang Adi Makayasa

Adapun saat masih berdinas di ketentraan, AHY pernah mengemban tugas operasi pemulihan keamanan di Aceh tahun 2002 dan operasi perdamaian PBB di Libanon tahun 2006.

Dia juga aktif berkontribusi pada transformasi dan modernisasi dalam tubuh TNI. Lalu, pernah juga menjadi salah satu pendiri Universitas Pertahanan Indonesia.

Masih dikutip dari Wikipedia, Tahun 2015, AHY memimpin salah satu satuan pengamanan Ibu Kota, sebagai Komandan Batalyon Infanteri Mekanis 203/Arya Kamuning, dibawah Brigif 1/PIK, Kodam Jaya.

Dilihat dari perjalanan karirnya dalam dunia ketentaraan, sebenarnya AHY cukup cemerlang. Bahkan, dia digadang-gadang akan mengikuti karir cemerlang ayahnya di ketentaraan.

Namun, arah angin nyatanya membawa AHY ke dunia yang sangat jauh berbeda dengan dunia TNI.

Pada saat akan diselenggarakan Pilgub DKI Jakarta 2017, secara mengejutkan Partai Demokrat mengusung satu nama yang sebelumnya tidak pernah ada dalam radar politik siapapun. 

Ya, Demokrat tiba-tiba mengusung nama AHY untuk menjadi calon Gubernur DKI Jakarta periode 2017 - 2022.

Entah apa yang mendasari AHY yang memiliki karir cukup cemerlang di ketentaraan tiba-tiba mengundurkan diri dan malah "kecebur" dalam dunia politik dan langsung didaftarkan menjadi calon gubernur berpasangan dengan Sylviana Murni.

Dengan keputusan Demokrat  mengusung AHY jadi calon Gubernur DKI Jakarta, tak sedikit yang menyangka bahwa hal tersebut sebagai langkah prustasi Demokrat karena tidak memiliki figur kuat di partainya untuk dicalonkan.

Kendati demikian, banyak pula yang menyangka bahwa ini sebagai langkah investasi politik SBY untuk partai Demokrat dan AHY sendiri. 

Karena tidak ada yang berani menyangka kalau AHY dan pasangannya bakal bisa memenangi kontestasi Pilgub Jakarta waktu itu.

Nama petahana Basuki Tjahaya Purnama alias Ahok dan Anies Baswedan jelas bukan tandingan sepadan AHY dan partai koalisi yang mengusungnya.

Benar saja, saat itu AHY dan pasangannya tidak mampu berbuat banyak. Pasangan ini hanya jadi juru kunci dengan perolehan suara paling kecil.

Walaupun ada kepuasan dari AHY dan partai koalisi pendukungnya adalah turut berandil besar dalam "menyingkirkan" Ahok untuk kembali memimpin Jakarta.

Ya, dipercaya perolehan suara AHY saat putaran pertama Pilgub DKI Jakarta diduga kuat diserahkan pada pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno. 

Hingga akhirnya pasangan ini mampu merebut kursi yang asalnya di duduki Ahok dan Djarot sebagai wakilnya.

Nama AHY Makin Dikenal Luas

Dengan kekalahannya di Pilgub DKI Jakarta Jakarta 2017, nyatanya tidak membuat nama AHY tenggelam. Sebaliknya nama dia semakin berkibar di kancah politik nasional.

Apalagi setelah dirinya dipercaya oleh SBY untuk menjadi Komandan Komando Tugas Bersama (Kogasma) untuk pemenangan Pemilu 2019. Lalu, diangkat menjadi Wakil Ketua Umum Partai Demokrat.

Popularitas AHY justru mampu mengalahkan Ibas yang sudah juah lebih dulu berkiprah di dunia politik.

Ini membuktikan hipotesa sejumlah pihak bahwa SBY sengaja "mencabut" AHY dari keanggotaan TNI untuk dijadikan investasi politik partainya.

Tak hahya sampai di situ, berkat popularitasnya, AHY sempat digadang-gadang akan menjadi salah satu kandidat pada Pilpres 2019 meski akhirnya batal.

Terus, pernah juga digadang-gadang menjadi salah satu menterinya Jokowi Pada Kabinet Indonesia Maju (KIM). Itupun akhirnya batal juga.

Meski demikian, kembali tidak membuat mental AHY rontok. Dia terus konsisten berkiprah di dunia politik hingga akhirnya hari ini, Minggu (15/3/20) sejarah politik nasional mencatat, bahwa AHY yang asalnya seorang tentara akhirnya mewarisi tahta kursi Demokrat untuk lima tahun ke depan.

Mampukah AHY mengemban tugas maha berat sebagai Ketum Partai Demokrat yang baru dan mengembalikan kejayaannya semasa masih di jabat SBY? Kita tunggu kiprahnya! Terimakasih

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun