DALAM beberapa waktu terakhir, publik tanah air dikejutkan sekaligus prihatin dengan aksi pembunuhan yang dilakukan oleh seorang remaja putri (NF) berusia 15 tahun, terhadap seorang bocah berusia enam tahun, berinisial APA.
Pembunuhan atau tindakan kekerasan yang dilakukan anak-anak yang masih di bawah umur sebenarnya bukan perkara baru terjadi di tanah air.
Berita-berita di media massa tanah air tak jarang mempublikasikan peristiwa atau tragedi kekerasan yang dilakukan anak-anak remaja atau di bawah umur. Misal, perkelahian, pemerkosaan hingga pembunuhan.
Jadi, boleh disebut bahwa kriminalitas yang dilakukan oleh para remaja atau anak di bawah umur rasanya jadi tak aneh lagi di tanah air.
Apa alasan prilaku kriminalistas tersebut marak terjadi ?
Banyak faktor tentunya. Meski yang paling mendasar dan acap dilontarkan banyak ahli, bahwa faktor yang menjadikan anak-anak di bawah umur tega bertindak kasar dan kejam adalah genetik, lingkungan dan tayangan-tayangan televisi atau media lain yang mengumbar aksi kekerasan.
Lalu, kenapa kasus NF menjadi heboh dan mendapat sorotan banyak pihak?
Beberapa media massa, baik cetak, online maupun elektronik kerap menulis, bukan pada pristiwa pembunuhan, tapi lebih ke prilaku NF yang  terbilang sadis dan janggal.
Bahkan seperti dikutip dari CNN Indonesia, paska membunuh, NF dengan sadarnya menyerahkan diri dan melaporkan perbuatannya kepada pihak kepolisian.Â
Bahkan, dia sama sekali tidak merasa bersalah dan menyesali perbuatannya tersebut.
Nah, hal inilah yang menjadi janggal dan menarik perhatian sejumlah pihak untuk mendiskusikan kasus pembunuhan yang dilakukan NF.