Masalah apa yang sedang menjadi hot topic akhir-akhir ini?
JAWABAN apa yang kira-kira akan dipersiapkan oleh anda jika pertanyaan di atas dilemparkan terhadap kita?
Kalau penulis jelas memilih masalah penyebaran virus corona (covid-19). Ya, terkait dengan masivnya penyebaran virus yang asalnya ditemukan di Wuhan, Provinsi Hubei, China ini benar-benar telah membuat sejumlah negara di dunia kalang kabut.
Betapa tidak, makin hari penyebaran virus corona bukannya semakin berkurang. Malah sebaliknya terus meningkat. Kasus-kasus baru yang terkomfirmasi positif oleh penyebaran wabah virus corona terus bermunculan.
Bahkan, di beberapa negara maju yang boleh jadi tingkat kedisiplinan, gaya hidup, pola hidup sehatnya lebih baik di banding kita yang ada di Indonesia, juga tidak luput dari serangan virus corona.
Sebut saja, Jepang, Korea Selatan, Spanyol dan Italia. Bahkan negara yang disebut terakhir memiliki kasus paling parah terdampak virus corona di luar Negara Cina. Sehingga otoritas pemerintah setempat mengambil langkah cukup ektreem dengan cara me- lock down atau isolasi wilayah.
Hal tersebut dilakukan guna mencegah agar penyebaran virus yang ditemukan dr. Wen Liang ini tidak memakan korban lebih banyak lagi.
Hal serupa juga pernah dilakukan Negara Vietnam. Meski cara isolasi yang dilakukan tidak seekstreem Italia.
Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Paska pengumuman Presiden Joko Widodo (Jokowi) tentang penemuan dua kasus warga negara Indonesia (WNI) asal Kota Depok, Jawa Barat, yang dipastikan positif terinfeksi virus corona, Senin (2/3/2020).Â
Jumlah WNI yang terkomfirmasi positif penyebaran wabah virus corona terus bertambah.
Seperti dilansir kompas.com, pemerintah melalui juru bicara Pemerintah untuk Virus Corona Achmad Yurianto, hingga Kamis (12/3/2020), jumlah WNI yang terkomfirmasi positif virus corona adalah 34 orang.
Dengan terus bertambahnya jumlah kasus positif terinfeksi virus corona di tanah air jelas bukan perkara sepele. Ini menjadikan bangsa Indonesia waspada penuh terhadap penyebaran wabah virus corona (covid-19).
Sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk bisa mendapatkan solusi agar virus yang telah menelan rihuan korban jiwa ini jangan sampai meluas dan memakan korban lebih banyak.
Tapi, pemerintah sendiri tidak cukup. Tentu saja seluruh masyarakat Indonesia bisa sama-sama waspada dan menjaga diri masing-masing untuk tidak tertular virus corona.
Salah satu cara yang dinilai bisa mencegah proses persebaran virus Corona adalah meminimalisir kontak dengan dengan pihak-pihak lain. Salah satunya dengan mempraktekan dan membiasakan salam siku.
Dan, hal ini rupanya telah diterapkan oleh sejumlah pihak dan beberapa pejabat tinggi negara di tanah air. Salah satunya adalah Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko.
Dia menilai bahwa salam siku sebagai upaya untuk cegah penyebaran virus Corona.
"Saya sudah menerapkan," katanya. (Detikcom)
Bahkan masih dilansir detikcom, Ketua Umum Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI) Sri Mulyani Indrawati dan Ketua Dewan Pertimbangan IAEI Jusuf Kalla (JK) menemui Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Sebelum masuk ke ruangan, JK dan Sri Mulyani sempat melakukan salam siku, yang juga disebut sebagai 'salam Corona'.
Tapi, tahukah anda bahwa sebenarnya salam siku ini tidak muncul baru-baru ini atau bukan karena akibat adanya penyebaran wabah virus corona.
Lalu, bagaimana mulanya salam siku muncul?
Seperti dilansir detikcom, sebagaimana yang ditulis oleh Torbjrn Lundmark dalam buku 'Tales of Hi and Bye: Greeting and Parting Rituals Around the World', salam siku ialah salam tak melibatkan jari jemari.
Salam ini hanya melibatkan sentuhan siku di antara dua orang. Mereka saling menempelkan sikunya sebagai bentuk salam.
Salam ini dilakukan semata-mata untuk menghindari migrasi virus yang rentan disebarkan melalui buku-buku jari. Oleh karena itu, salam ini kerap disebut sebagai salam yang bersih.
Salam ini jadi populer ketika wabah SARS heboh tahun 2002, dan dipakai para pejabat di dunia untuk menghindari kontak langsung dan meminimalisir kemungkinan tersebarnya virus.
Kemudian, salam ini dipakai kembali pada kasus flu burung tahun 2006, hal ini langsung disarankan oleh WHO. Pun, saat ebola mewabah pada 2014, salam siku kembali dipopulerkan untuk mencegah penularan.
Salam siku ini kembali jadi populer ketika virus Corona menyebar ke berbagai penjuru dunia. Etiket pergaulan umum, seperti cipika-cipiki, berpelukan, dan jabat tangan digantikan oleh salam siku. Salam siku mendadak jadi etiket baru pergaulan belakangan ini.
Itulah ternyata salam siku tidak hanya diterapkan saat heboh dengan masivnya penyebaran virus corona.Â
Namun dalam sejarahnya pernah dipraktekan waktu dihebohkan oleh virus-virus yang pernah muncul pada beberapa tahun yang lalu.
Memang rasanya ribet dan menggelikan salam siku ini jika dipraktekan langsung oleh kita.
Tapi, andai hal ini bisa lebih meminimalisir atau mencegah penularan viru corona, kenapa tidak kita coba. Terimakasih.
Salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H