Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Menyoal Seorang Bapak Nekad Curi Susu Buat Anaknya

28 Februari 2020   23:17 Diperbarui: 28 Februari 2020   23:58 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di matamu masih tersimpan selaksa peristiwa
Benturan dan hempasan terpahat di keningmu
Kau nampak tua dan lelah, keringat mengucur deras
namun kau tetap tabah hm...

ADA yang hapal dengan penggalan lirik lagu di atas? Ya, itu adalah lagu dari musisi legendaris tanah air, Ebit G Ade, yang berjudul "Titip Rindu Buat Ayah".

Jika dicermati, lagu ini mengartikan sebuah perjuangan seorang ayah demi anak-anaknya yang tiada batas.

Ya, jika bicara tentang besarnya kasih sayang seorang ayah tentunya tidak kalah dengan kasih sayang seorang ibu. Mereka punya peranannnya masing-masing dalam mendidik dan membesarkan anak-anaknya.

Kembali pada kasih sayang dan perjuangan seorang ayah untuk anaknya, tentu saja sudah tidak bisa dihitung seberapa banyak dan seberapa keras dia (ayah) bekerja banting tulang di luar.

Penulis kira, untuk memenuhi segala kebutuhan keluarga atau anaknya, apapun bakal mereka lakukan. Meski hal tersebut harus berhadapan dengan resiko.

Nah, bicara tentang kasih sayang dan perjuangan seorang ayah demi anaknya. Baru-baru ini beredar video viral tentang seorang bapak yang disebut-sebut penjual es mencuri sekotak susu, hingga akhirnya harus ditangkap oleh polisi.

Dilansir detikcom, video yang viral itu diunggah akun YouTube PoLenTir Channel. Di video itu terlihat bapak yang disebut penjual es gepeng itu berbincang dengan seorang pria yang memakai kaos berkerah dengan logo polisi di depan mini market.

Pria paruh baya itu terlihat menghitung sejumlah uang dan recehan. Dia mengaku uangnya tak cukup untuk membeli susu anaknya yang habis.

"Es anak-anak, seribuan," kata bapak penjual es tersebut dalam Bahasa Jawa.

"Sekarang kalau misalnya di rumahmu tidak ada bayi, kamu saya apakan?" tanya polisi tersebut ke penjual es.

"Potong leher saya, Pak, sungguh. Kalau tidak ada bayi di rumah. Saya khilaf Pak, sungguh," jawab bapak tersebut.

Kepada polisi tersebut, bapak penjual es gepeng itu mengaku khilaf setelah ditegur karyawan mini market. Dia menyadari tak baik memberikan anaknya susu curian.

"Setelah itu saya berpikir, sadar Pak, saya salah," tuturnya.

Polisi tersebut lalu mengikuti bapak itu hingga ke rumahnya untuk memastikan kebenaran ceritanya. Setiba di rumah, benar saja polisi itu menemukan seorang bayi tengah tertidur di kamar.

Setelah yakin adanya seorang bayi, polisi itu lalu mengeluarkan sekantong plastik susu bubuk dari dalam tasnya. 

Bapak penjual es gepeng itu lalu diajak kembali ke mini market untuk meminta maaf kepada karyawan mini market.

Bukan bermaksud untuk membenarkan si bapak penjual es gepeng yang telah berani mencuri susu untuk anaknya. 

Apapun alasannya, apa yang dilakukan si bapak tetaplah salah.

Tapi, satu hal yang perlu dilihat dari peristiwa ini adalah bagaimana perjuangan seorang bapak atau ayah demi bisa memenuhi kebutuhan anaknya, meski harus melakukan hal yang tidak terpuji dan menempuh segala resiko.

Namun, sejujurnya seperti yang diakui si bapak pedagang es gepeng tadi, penulis yakin bahwa hal tersebut dilakukan dengan sangat terpaksa karena kondisinya yang kurang mampu.

Bapak atau ayah mana yang tega atau mau menafkahi atau memberikan sesuatu dari hal-hal yang dilarang. Baik itu oleh agama maupun aturan pemerintah.

Tentunya, setiap ayah ingin memberikan yang terbaik buat anaknya dari hasil yang diridhoi dan tidak bertentangan dengan norma-norma apapun.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun