Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Senja Hitam

19 Januari 2020   15:54 Diperbarui: 19 Januari 2020   16:35 647
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku terkapar tak berdaya, saat kau bisikan tentang senja
Yang tak lagi mau pancarkan jingga di atas cakrawala
Diganti jelaga kian menghitam, siap tumpahkan amarah
Menghujam isi kepala, lalu membuncah hancurkan asa

Aku terdiam, mematung ke arah tenggelamnya mentari
Saat kau langkahkan kaki, enggan tinggalkan pesan
Hikayat kita, kau anggap lembaran usang
Berserakan di antara hamparan isi kepala yang sesak oleh hadirmu

"_ Ah, haruskah aku kosongkan otakku?"

Segala isi buku dalam otak, tak mampu muntahkan kata
Saat kau sebut bahwa langit kan terus menghitam
Kala kita terus berjuang di bibir jurang romansa
Benarkah? Biarlah sang waktu menjawabnya!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun