PADA awal tahun ini ada dua peristiwa yang cukup menggemparkan dunia. Pertama adalah peristiwa meningalnya Jendral besar Iran, Qasseem Soleimani akibat dibunuh oleh tentara Amerika Serikat. Sedangkan yang kedua adalah terkuaknya perilaku bejat warga Negara Indonesia, Reynhard Sinaga, yang tinggal di Machester, Inggris.
Nama Soleimani langsung menjadi pusat perhatian dunia setelah Jumat (3/01/2020) lalu dibunuh tentara AS.
Meninggalnya Jendral besar Iran ini semakin memperkeruh situasi Iran dan Amerika Serikat. Bahkan, Iran langsung mendeklarasikan diri ridak akan mematuhi lagi semua perbatasan yang diterapkan kesepakatan nuklir pada 2015 lalu.
Dalam pernyataan resmi, pemerintah Iran menegaskan tidak lagi menaati pembatasan kapasitas pengayaan uranium, taraf pengayaan, jumlah penyimpanan materi pengayaan, atau riset dan pengembangan.
Kembali pada meninggalnya Qassem Soleimani. Pada saat pemakamannya, Selasa (7/1/2020), sedikitnya 50 orang tewas terinjak dan 212 orang lainnya terluka akibat terinjak.
Ini membuktikan, bahwa Jendal besar Iran itu dianggap sosok yang sangat dikagumi di negaranya. Pada saat akan dikebumikan pun, begitu banyak masyarakat yang ingin melihat prosesi pemakamannya, meski harus bersesak-desakan dan akhirnya terinjak hingga  tewas ataupun luka.
Lalu siapa sebenarnya Soleimani?
Seorang Jurnalis The Washington Post, Adam Taylor menuliskan sosok sang jenderal dalam artikel berjudul "Qasem Soleimani: Who was Iran's powerful military leader?"
Dalam salah satu petikanya, Jurnalis tersebut menyebut, bahwa Soleimani dianggap sebagai salah satu Jendral terkemuka di Timur Tengah oleh AS dan sekutu.Â
Dengan posisinya sebagai pemimpin Garda Revolusi Iran, pria 62 tahun ini bertanggung jawab atas operasi rahasia Iran di luar negeri. Bahkan, secara diam-diam Soleimani sukses memperluas jangkauan militer Iran ke Suriah dan Irak.
Sedangkan menurut para analis, Soleimani dianggap memiliki pengaruh diplomatik lebih besar dibanding Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif.