Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Jangan-jangan, Cina Ngotot Klaim Natuna Bukan Hanya Gara-gara Ikan?

6 Januari 2020   18:53 Diperbarui: 6 Januari 2020   20:04 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SUMBER daya ikan yang ada di wilayah perairan Natuna, Kepulauan Riau, sejak ekspansi kapal-kapal penangkapan ikan milik China disertai Coast Guard atau kapal patroli keamanan, pada 9 Desember 2019 lalu, terancam terus dikeruk dan dibawa ke Negeri Tirai Bambu tersebut.

Tidak hanya semena-mena mengeruk kekayaan sumber daya ikan. Para awak kapal-kapal China ini bahkan berani mengusir dan berlaku arogan terhadap para nelayan domestik.

Keberanian dan kesemena-menaan mereka ini rupanya didasari oleh keyakinan, bahwa wilayah perairan Natuna adalah bagian dari teritorial mereka.

Klaim historis mereka atas wilayah perairan Natuna yang masih masuk dalam Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia, langsung diprotes dan ditolak keras oleh Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia.

Menteri Luar Negeri China mengklaim bahwa negaranya tetap konsisten terhadap posisi ZEE sesuai dengan hukum internasional yang ditetapkan pada Konvensi PBB.

Di sisi lain, Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengatakan, bahwa kapal-kapal China jelas melanggar batas wilayah Indonesia di perairan Natuna.

Sebenarnya, saling klaim atas wilayah perairan Natuna tersebut sudah terjadi sejak puluhan tahun silam.

Seperti pernah diberitakan pada Harian Kompas, edisi 16 Desember 1974, nama Laut Natuna telah digunakan sejak tahun 1974.

Pada saat itu, nama Laut Cina Selatan yang berada di sebelah timur Sumatera dan sebelah barar Kalimantan menjadi Natuna oleh Pangkowilhan-I Sumatera/Kalimantan. Karena dianggap nama Laut Cina Selatan sudah tidak sesuai dengan situasi pada saat itu.

Beberapa tahun sejak tahun 1974, tepatnya pada tahun 1995, Cina mengeluarkan pernyataan, bahwa 200 mil timur Laut Natuna Besar masuk dalam ZEE-nya. Klaimnya ini mengacu pada hasil deklarasi tahun 1958 tentang Laut Cina Sslatan serta Undang-Undang tentang Laut Teritorial dan Wilayah yang berbatasan pada tahun 1992.

Timbul pertanyaan, apakah kengototan pemerintah China ini untuk mengklaim wikayah perairan Natuna semata-mata tergiur oleh kekayaan sumber daya ikannya, atau sebenarnya mangincar hal lain?

Patut diakui, wilayah perairan Natuna memang menyimpan beragam potensi hasil laut. Sebut saja, cumi-cumi, lobster, kepiting, hingga rajungan.

Wajar, dengan kekayaan sumber daya ikannya yang beragam menjadi daya tarik bagi negara-negara tetangga, termasuk China.

Tapi, rupanya selain kaya akan beragam jenis ikan, ternyata Natuna juga menyimpan "harta karun" berupa energi. Lalu, apa saja energi dimaksud?

Berdasarkan data Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas), yang dikutip, Senin (6/1/2020), total produksi minyak dari blok-blok yang ada di Wilayah Natuna adalah 25.447 barel per hari.

Sedangkan, cadangan minyak yang ada di sana mencapai 36 juta barel. Adapun harta karun" lainnya, Natuna juga memproduksi gas bumi. Tercatat sebesar 489,21 MMSCFD.

Lainnya adalah, di wilayah ini juga ternyata mempunyai blok gas raksasa terbesar di Indonesia, yaitu blok East Natuna yang sudah ditemukan sejak tahun 1973 lalu.

Volume gas yang dihasilkan dari blok East Natuna ini bisa mencapai 222 TFC (triliun kaki kubik). Walau, terbukti cadangannya hanya 46 TCF. Ini jauh lebih besar dibanding cadangan blok Masela yang hanya mencapai 10,7 TCF.

Cuma saja, kandungan karbonoksida di blok tersebut sangat tinggi, hingga mencapai 72%. Sehingga diperlukan teknologi yang canggih untuk mengurai karbonnya tersebut.

Apakah kekayaan sumber daya alam ini sebenarnya yang diincar Cina? Wallahualam.

Wassallam

Referensi : satu, dua

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun