Dengan kesuksesan tersebut, Brasil berhak memboyong piala Julies Rimet untuk ketiga kalinya. Sekaligus menyimpan tropy tersebut selama-lamanya di Brasil. Pasalnya, sejak tahun 1974, nama piala Julies Rimet sebagai simbol kejuaraan dunia sepak bola diganti dengan nama world cup atau piala dunia.
Entah apa yang terjadi, sejak tahun 1970 Brazil seperti kehilangan masa keemasannya. Padahal, muncul bintang-bintang Brasil yang kehebatannya masih sangat diakui hingga saat ini. Sebut saja Zico, Socrates, Elder, Junior, Falcao dan Cerezo. Bahkan, khusus untuk Zico. kehebatannya mengolah si kulit bundar sampai dijuluki si Pele putih oleh penggila sepak bola dunia.
Butuh 24 tahun bagi Brasil untuk kembali membuktikan dirinya sebagai tim sepak bola terbaik dunia, tepatnya tahun 1994.
Pada piala dunia sepak bola dunia yang dilangsungkan di Amerika Serikat. Tim Samba datang dengan sekuad luar biasa dari berbagai lini. Namun, yang paling menonjol dari seluruh skuad yang ada adalah dua nama yang menjadi tandem sehati di lini depan. Yakni, Romario dan Bebeto.
Kontribusi dan kebintangan dua nama ini mampu mambawa Brasil ke partai puncak. Seperti final terakhir Brasil di piala dunia, kali ini pun lawan yang dihadapi adalah tim kuat Italia, yang kala itu sudah sama-sama mengantongi tiga gelar juara dunia. Sebelum final 1994, Italia terakhir juara adalah tahun 1982.
Pertarungan dua kiblat sepak bola dunia ini berjalan alot. Hingga babak perpanjangan waktu berakhir, kedudukan masih sama kuat 0-0. Penentuan juara pun dilanjutkan lewat drama adu penalti.
Di babak tos-tosan ini rupanya mental para pemain Brasil lebih siap. Mereka sukses mengalahkan Italia yang kala itu diperkuat mega bintangnya, Roberto Bagio dengan skor 3-2. Menariknya, dalam babak ini, Roberto Bagio yang terkenal dengan bola-bola set piece-nya justeru gagal mengemban tugasnya. Bahkan, oleh publik Italia, dia dianggap sebagai biang kerok kekalahan dari Brasil.
Pada piala dunia Prancis 1998, Brasil kembali diunggulkan menjadi juara. Wajar, karena saat itu skuad yang dilatih oleh Mario Zagalo diisi oleh pemain-pemain hebat. Seperti, Dunga, Roberto Carlos, Leonardo, Cafu dan sang mega bintang yang saat itu sangat fenomenal, Ronaldo.
Kekuatan hebat tim Brasil ini kembali mampu menembus babak final untuk menghadapi tuan rumah, Prancis.Â
Tidak ada yang berani menjagokan Prancis sebagai juara. Namun, kenyaataannya sungguh diluar dugaan. Brasil yang sangat perkasa dari babak penyisihan grup hingga memasuki fase final dipaksa bertekuk lutut dengan skor mencolok, 0-3, lewat sepasang gol Zinedine Zidane dan satu gol lainnya datang dari Emanuel Petit.
Sang Fenomenal Ronaldo menjadi sorotan atas kekalahan ini. Sebagai penyerang hebat dan pemain terbaik dunia kala itu sama sekali tidak mampu berbuat banyak. Bahkan, kekalahan besar  tersebut sampai hari ini menjadi misteri.
Baru pada piala dunia tahun 2002 lah kebintangan Sang Fenomenal Ronaldo terbukti. Seolah ingin mengganti kegagalan piala dunia sebelumnya. Ronaldo menjelma menjadi pemain haus gol yang sulit dihentikan lawan. Bersama rekannya yang sebagian besar adalah alumi piala dunia 1998 plus pemain hebat lainnya, macam Ronaldinho dan Rivaldo. Brasil kembali menembus babak final piala dunia tiga kali berturut-turut.
Babak final piala dunia yang dihelat di dua negara, Korea Selatan dan Jepang ini, Brasil ditantang oleh tim kuat Eropa, Jerman. Pertandingan final ini sukses dimenangi Brasil dengan skor 2-0. Kemenangan ini mengukuhkan tim asal Amerika Latin ini menjadi satu-satunya tim yang berhasil menjuarai piala dunia lima kali.