BEDA halnya perlakuan terhadap Chandra Hamzah dan Sandiaga Uno yang sama-sama dikabarkan akan menjadi salah satu pimpinan di Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang seolah welcome. Perlakuan terhadap Basuki Tjahaya Purnama justeru berbanding terbalik.
Sikap kontra terhadap mantan Gubernur DKI Jakarta ini datang dari segala arah. Baik, elite partai politik, pemuka agama maupun masyarakat sipil. Bahkan, teranyar datang dari seorang intelektual yang nama besarnya tidak hanya kelas nasional tapi bisa dibilang telah mendunia.Â
Dia adalah Rizal Ramli, seorang tokoh negeri yang pernah menjabat Menteri Koordinator (Menko) Kemaritiman era Jokowi jilid pertama dan juga pakar ekonomi. Dengan lontaran kalimat berbau sarkas, pria kelahiran Padang, Sumatera Barat Ini menganggap Ahok tidak pantas menduduki kursi pimpinan di salah satu perusahaan pelat merah karena kemampuannya masih "kelas Glodok".
Entah apa yang mendasari Rizal Ramli melontarkan kata-kata berbau sarkas tersebut. Pasalnya hingga tulisan ini diposting belum ada keterangan resmi dari yang bersangkutan.
Bisa jadi kata "Glodok" ini akan mengundang beragam tafsir. Namun, dengan adannya lontaran kalimat "tidak pantas" boleh jadi maksud Rizal ini merendahkan kapasitas Ahok jika diangkat menjadi salah satu pimpinan di BUMN.
Namun menurut hemat penulis, Rizal Ramli tidak sadar, jika kata-kata "kelas Glodok" ini memang dimaksudkan sebagai upaya merendahkan Ahok. Berarti secara tidak langsung, merendahkan pula para pelaku usaha yang terdapat di pasar Glodok sendiri. Padahal, seperti kita tahu, pasar yang terdapat di Jakarta Barat ini pernah menjadi sentra ekonomi di DKI Jakarta.
Bukan tidak mungkin jika pernyataan Rizal Ramli ini terus digoreng oleh pihak-pihak yang kontra terhadapnya, akan menjadi blunder dan berdampak negatif kepada dirinya. Bisa jadi dia diserang balik, karena bagaimanapun semasa menjabat menteri, Tidak ada prestasi mencolok yang berhasil dibuatnya. Bahkan, dia dianggap menteri gagal, kemudian di resuffle.
Kembali pada pernyataan sarkas Rizal, penulis justeru melihatnya bahwa Rizal seperti iri atas diri Ahok yang masih akan dipercaya oleh Erick Tohir termasuk Presiden Jokowi untuk menjabat di salah satu perusahaan BUMN. Sementara, dia yang katanya pakar ekonomi kelas dunia justeru tidak diliriknya.
Selain itu, boleh jadi juga pernyataan kontroversial itu sengaja dilontarkannya, agar dia kembali mendapat panggung, dengan harapan menjadi perhatian pemerintah.
Sayang, tidak seperti disentil Anies Baswedan pada waktu terjadi kisruh e-Budgeting di Pemprov DKI Jakarta, yang langsung menyerang balik. Kali ini mantan Bupati Belitung Timur enggan mengomentari pernyataan Rizal Ramli. Dia lebih menyerahkan segala sesuatunya kepada Menteri BUMN, Erick Tohir.
Seperti dilansir TEMPO.co, alih-alih mengomentari pernyataan Rizal Ramli, Ahok lebih memilih bungkam. Sementara terkait dengan kemungkinan dirinya ditunjuk sebagai komisaris, Ahok juga lebih memilih untuk menyerahkannya kepada Menteri BUMN dan Direktur Utama.
"Nanya ke menteri dan dirut aja," ujar Ahok dalam pesan pendek kepada Tempo, Rabu, 20 November 2019.
Menarik kita tunggu, apa dan siapa lagi yang akan menyerang Ahok terkait kemungkinannya diangkat menjadi salah satu pimpinan di BUMN.Â
Namun, yang pasti biarlah anjing menggonggong, kafilah berlalu. Sebab, yang bisa menentukan nasib Ahok di BUMN tentunya hanya Tim Penilai Akhir (TPA). Wassallam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H