Rosa makin buntu pikirannya. Ada rasa iba dan juga kecewa dalam hatinya, karena sama sekali tidak bisa meringankan beban yang sedang dirasakan sahabat baiknya itu. Hanya air mata yang bisa ia tumpahkan, sebagai bentuk empati atas kesusahan Andini.
Namun tiba-tiba Rosa terhenyak. Ingat sesuatu yang dirasa bisa membantu kesulitan finansial Andini. Â
"Oh, ya ... An (nama panggilan Andini). Sebenarnya ada jalan untuk mendapatkan uang itu. Tapi...," Rosa tidak meneruskan kata-katanya.
"Tapi, apa? Ayo, cepat katakan..!" Desak Andini tidak sabar akan maksud temannya itu.
"Udahlah, lupakan! Pastinya kamu juga gak bakalan mau."
"Emangnya kenapa? Katakanlah dulu, siapa tahu aku setuju..!" Andini makin penasaran.
"Tapi ... Tapi ...."
"Jangan tapi-tapi. Ayo, cepat katakan...!" Desak Andini tidak sabar.
"Kamu ingat kan Mr. Singh, boss kita orang India itu?"
"Iya. Terus?" Tanya Andini lagi
"Dia kan suka dan ingin memperisteri kamu. Coba aja minta tolong padanya..!" Usul Rosa, dengan nada bicara pelan dan hati-hati. Karena takut menyinggung perasaaan Andini.