Jelaga malam membentang pongah menyelimuti awan. Tak ada kerlip bintang dan rembulan pun entah kemana. Aku di sini ditemani pucuk ranting usang bersama rindu yang tak pernah hilang ditelan waktu.
Pucuk ranting usang, daunnya telah pergi dan sirna ditelan bumi. Tapi, tidak dengan rasa rinduku. Tetap kokoh terpatri dalam hati, seperti malam setia dengan sunyi.
Bersama pucuk ranting usang, ku ingin mengadu pada langit malam. Tentang puisi yang membuatku gila kata, tentang rindu yang tak pernah berujung temu dan tentang rasa yang kusimpan di sela nada.
Ah...rupanya langit malam bosan dengan kesahku yang selalu merindu akan rupa ayu yang terangnya mengalahkan rembulan. Lalu, haruskah aku mengadu pada pucuk ranting usang..
Sumedang, 25 Oktober 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H