Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pucuk Ranting Usang

25 Oktober 2019   22:45 Diperbarui: 26 Oktober 2019   00:27 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jelaga malam membentang pongah menyelimuti awan. Tak ada kerlip bintang dan rembulan pun entah kemana. Aku di sini ditemani pucuk ranting usang bersama rindu yang tak pernah hilang ditelan waktu.

Pucuk ranting usang, daunnya telah pergi dan sirna ditelan bumi. Tapi, tidak dengan rasa rinduku. Tetap kokoh terpatri dalam hati, seperti malam setia dengan sunyi.

Bersama pucuk ranting usang, ku ingin mengadu pada langit malam. Tentang puisi yang membuatku gila kata, tentang rindu yang tak pernah berujung temu dan tentang rasa yang kusimpan di sela nada.

Ah...rupanya langit malam bosan dengan kesahku yang selalu merindu akan rupa ayu yang terangnya mengalahkan rembulan. Lalu, haruskah aku mengadu pada pucuk ranting usang..

Sumedang, 25 Oktober 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun