Sore itu, Andika sedang menikmati pemandangan pesawahan yang luas terhampar. Sambil duduk di jok motor bebek jadul, pemuda yang belum genap 23 tahun itu seolah hanyut dalam alam lamunan.
Tiba-tiba, suara riuh bocah mengagetkannya. Sebentar ia menoleh ke arah suara itu, tampak bocah-bocah kecil sedang mengolok-olok seorang kakek tua dengan pakaian penuh tambalan, melintas di jalanan tempat Andika nongkrong.
"Orang gila ... Orang gila ... Orang gila," sebut para bocah sambil berlarian, menjauh dari si kakek tua.
Diolok-olok, orang gila, rupanya si kakek tua tidak tampak sedikit pun rasa kesal apalagi marah. Sebaliknya, dia hanya tersenyum sambil terus berjalan mendekat ke arah Andika.
Andika penasaran. Ditunggunya kakek tua tersebut hingga mendekat. Setelah berjarak kurang lebih dua meter, Andika coba menahan laju si kakek.
"Assalamualaikum, kek..!
"Waalaikumsallam," balas si kakek.
"Maaf, kenapa kakek sampai diolok-olok seperti sama anak-anak tadi? Apa kakek tidak merasa sakit hati?" Tanya Andika, sedikit kepo.
"He ... He ... He ... Namanya juga bocah. Buat apa diambil pusing, nak. Mungkin, karena dandanan kakek seperti orang gila."
"Oh, kakek tinggal dulu ya nak...! Assalamualaikum," Imbuh si kakek, lalu kembali melanjutkan perjalanannya.
"Waalaikumsallam," Sahut Andika. Sejuta tanya terus menghantui pikirannya. Dia yakin ada sesuatu yang disembunyikan kakek tadi.