"Buka pintunya! Kalian sudah terkepung," Teriak seseorang dari luar pintu. Ternyata polisi.
Kedua tamu dan Burhan langsung pucat pasi mendengar teriakan itu. Sejenak, mereka hanya termangu, tak berbuat apa-apa.
"Cepat buka pintunya..! Kalau tidak, saya dobrak."
Merasa tidak ada jalan untuk melarikan diri, akhirnya Burhan pun pasrah dan segera membuka pintu.
"Jangan bergerak..!" Kata polisi, setelah pintu terbuka, langsung menodongkan pistol ke arah Burhan. Tanpa melakukan perlawanan, Burhan pun menyerah dan langsung diamankan polisi, berikut kedua tamunya dan seluruh barang bukti.
Sejak peristiwa itu, masyarakat di Desa Astina baru sadar. Selama ini, Burhan telah menyalahgunakan wewenangnya demi keuntungan pribadi. Mengizinkan siapa pun investor yang ingin mendirikan perusahaan di tempatnya, asal berani memberikan sejumlah uang yang dia minta.
Seluruh harta kekayaan Burhan yang melimpah itu ternyata hasil dari prilaku korupnya selama menjabat kades (Kepala desa), dengan cara menjual jabatan dan kewenangannya kepada cukong-cukong kaya ibu kota. Â Namun, serapat-rapatnya bangkai disembunyikan, baunya bakal tercium juga, begitupun dengan Burhan. Sepandai-pandainya dia menyembunyikan prilaku korupnya, Â Si Kades tikus (Korup) itu akhirnya diproses hukum dan jadi pesakitan di balik bilik penjara.
Itulah manusia, ketika diberikan amanah berupa jabatan, setan-setan datang dari segala penjuru angin. Menghasut, merayu agar berbuat prilaku-prilaku maksiat. Beruntunglah bagi pejabat yang kuat iman. Tapi, kalau sifat pejabat seperti Burhan, bersiaplah menerima ganjarannya. Karena, yang namanya kejahatan tidak akan pernah bisa tertukar dengan kebaikan.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H