Sang bayu malam mampir di beranda rumah. Desirnya membekukan sekujur tubuh yang terpaku menunggu waktu. Ya..waktu yang terasa enggan bertaut, selamanya hanya sebatas harapan palsu
Hai angin...masihkah engkau ingat, ketika rintik hujan menghujami dedaunan. Kala itu aku sedang merindu. Rindu pada senyumannya yang melelehkan kalbu. Rindu pada bisikannya yang menghangatkan jiwa, dari cengkaraman bekunya hati
Hai angin...kini rintik hujan itu pergi entah kemana. Tapi rasa rindu terus membekas diantara sela-sela tulang rusukku. Membeku, dan terus membatu, seiring waktu yang terus menipu.
Hai angin...dekapanmu tak mampu luluhkan hati. Rasa rindu terus bercengkrama dengan sisa-sisa kenangan masa lalu. Di saat aku dan dia saling merayu disaksikan rembulan yang tersenyum malu.
Hai angin...sampaikanlah, aku rindu...!
Sumedang, 03 September 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H