Seperti air mengalir di antara batu-batu di pegunungan. Terus menelusuri lembah dan kelokan sungai. Riaknya seolah ingin menyampaikan pesan persahabatan dan kekerabatan. Itulah kita para penulis kompasiana.
Kemudian, aliran itu melintasi kota, menerobos istana dan gedung senayan. Riaknya menyapa para tekhnokrat, pejabat, politisi dan masyarakat. Lalu, lugas mengabarkan berita tentang kondisi bangsa dan realita seadanya. Tanpa diracuni fakta mengada-mengada. Itulah kita para penghuni kompasiana.
Air terus mengalir. Bergelora menuju muara. Menyambut hangatnya hempasan ombak-ombak aksara yang bercengkrama di atas lautan kata. Berpautan merangkai kalimat sarat makna dengan cara dan gaya kita suka. Itulah kita sobat setia kompasiana.
Aksara menemui takdirnya menjadi lautan kalimat yang membentang luas. Siap disuguhkan pada seluruh penikmat baca di Nusantara bahkan mungkin dunia. Itulah kita, para penganyam aksara kompasiana.
Sumedang, 31 Agustus 2109
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H