Corak kain parangkusumo yang dikenakan Semar adalah perwujudan Dewonggowantah (penuntun manusia) agar menciptakan keadilan dan kebenaran di muka bumi. Seorang pemimpin harus bisa dijadikan teladan, harus bisa memberikan proteksi pada masyarakat.
Tertawa Semar selalu diakhiri dengan nada tangisan. Ini merupakan contoh, kalau penguasa harus bisa merasakan penderitaan rakyatnya.
Wajah Semar selalu menangis namun mulutnya tertawa. Seorang penguasa harus bisa memberikan rasa tenang pada rakyatnya yang sedang dalam kesusahan. Dengan cara memberikan solusi atau langkah yang baik dan tepat bagi rakyat yang terkena musibah.
Adanya tokoh Semar memberi bukti, kebudayaan kita sebenarnya telah melahirkan religi dalam kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jauh sebelum masuknya agama Hindu, Budha Dan Islam di tanah jawa.Â
Meski sebenarnya tokoh ini bersifat mitologi atau simbol ke-Esaan bukan merupakan fakta sejarah. Semar adalah pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang illahi.
Agar dalam menjalankan roda pemerintahannya berjalan sempurna tanpa ada noda oleh dosa. Katakan yang salah adalah salah, dan yang benar adalah benar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H