Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Contohlah Semar Badranaya

18 Agustus 2019   18:33 Diperbarui: 18 Agustus 2019   21:05 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Corak kain parangkusumo yang dikenakan Semar adalah perwujudan Dewonggowantah (penuntun manusia) agar menciptakan keadilan dan kebenaran di muka bumi. Seorang pemimpin harus bisa dijadikan teladan, harus bisa memberikan proteksi pada masyarakat.

Tertawa Semar selalu diakhiri dengan nada tangisan. Ini merupakan contoh, kalau penguasa harus bisa merasakan penderitaan rakyatnya.

Wajah Semar selalu menangis namun mulutnya tertawa. Seorang penguasa harus bisa memberikan rasa tenang pada rakyatnya yang sedang dalam kesusahan. Dengan cara memberikan solusi atau langkah yang baik dan tepat bagi rakyat yang terkena musibah.

Adanya tokoh Semar memberi bukti, kebudayaan kita sebenarnya telah melahirkan religi dalam kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, jauh sebelum masuknya agama Hindu, Budha Dan Islam di tanah jawa. 

Meski sebenarnya tokoh ini bersifat mitologi atau simbol ke-Esaan bukan merupakan fakta sejarah. Semar adalah pengejawantahan expresi, persepsi dan pengertian tentang illahi.

picfalets.pw
picfalets.pw
Akhir kata, penulis berharap, suatu saat nanti seluruh pemimpin negeri benar-benar mengabdi untuk rakyat, tidak dikuasai hawa nafsu dan keduniawian. 

Agar dalam menjalankan roda pemerintahannya berjalan sempurna tanpa ada noda oleh dosa. Katakan yang salah adalah salah, dan yang benar adalah benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun