Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kuda Renggong, Khasanah Budaya Sumedang

18 Agustus 2019   06:09 Diperbarui: 18 Agustus 2019   06:18 1515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SALAH satu kesenian Kabupaten Sumedang yang cukup dikenal di nusantara dan menjadi ikon budaya kota ini yaitu kesenian kuda renggong. Sebelum membahas lebih jauh tentang apa itu kesenian kuda renggong, ada baiknya kita kupas sedikit tentang sejarah kesenian ini.

Asal usul adanya kesenian kuda renggong diawali dengan lahirnya seorang anak laki-laki yang bernama Sipan, asal Desa Cikurubuk, Kecamatan Buah dua, Kabupaten Sumedang, Provinsi Jawa Barat. Sejak kecil, Sipan suka sekali mengamati berbagai gerakan kuda, karena bisa diperintah manusia. 

Sipan pun dengan tekun memelihara kuda dan senang melihat serta mengamati berbagai gerakan kuda, terlebih gerakan kepala dan kaki. Dari gerakan dasar itulah ternyata menjadi dasar terciptanya sebuah kesenian kuda renggong atau kuda yang bisa menari.

Ketika Sipan telah berumur 40 tahun, ia pun mulai melatih gerakan menari pada kuda. Hasil kerja keras dan ketekunan inilah berbuah manis. Sipan dapat mengkreasikan seni kuda renggong. 

Kuda yang pertama dapat berhasil dilatih Sipan adalah Si Cengek dan Si Dengek. Sipan wafat pada usia 69 tahun. Namun keahliannya dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Sukria, dan terus turun temurun.

Kuda renggong Kesenian Sumedang.

Awalnya kesenian kuda renggong hanya dipentaskan di desa-desa untuk meramaikan acara-acara sukuran, khusunya acara sunatan. Seiring perkembangan zaman, kesenian ini terus terus berkembang di Sumedang. Bahkan mampu menjadi agenda tahunan Dinas kepariwisataan Sumedang, yang digelar setiap tanggal 29 September. 

Tidak hanya atraksi, ada pula kreasi busana Kuda Renggong. Pencipta kreasi tersebut ialah Encep Suharna dari Desa Pasir Reungit, Kecamatan Paseh. Kesenian ini telah menjadi objek pariwisata khas Sumedang dan tidak bisa ditemui di daerah lain.

Kesenian tari renggong ditarikan oleh hewan yang pandai menari, bergoyang, dan bersilat ini telah menjadi bagian dari upacara penyambutan tamu kehormatan. 

Daya tarik atraksi seni kuda renggong bisa terlihat dari keterampilan dari gerakan kaki, kepala serta badan kuda mengikuti irama musik yang mengiringi.

Ada 5 jenis gerakan kuda renggong, antara lain:
Adean, gerakan larinya ke arah pinggir seolah-olah melintang
Torolong, gerak langkah pendek-pendek namun gerakannya cepat
Congklang, lari dengan gerakan cepat dan kaki menjulur ke depan. Gerakan ini seperti kuda pacu (balap)
Jagrog, gerak langkah kuda biasa dan tidak lari namun gerakannya cepat
Anjing minggat dimana gerak langkah kaki setengah berlari

Saat ini kuda renggong pun terdapat Sebuah kreasi barunya yang dikenal dengan nama Kuda Silat.

Sebagai salah satu seni budaya, secara simbolis kesenian ini juga mempunyai makna. Menurut keterangan yang berhasil dihimpun, makna tersebut diantaranya:

Makna spiritual: semangat yang dimunculkan merupakan rangkaian upacara inisiasi (pendewasaan) dari seorang anak laki-laki yang disunat. Kekuatan Kuda Renggong yang tampil akan membekas di sanubari anak sunat, juga pemakaian kostum tokoh wayang Gatotkaca yang dikenal sebagai figur pahlawan.

Makna interaksi antar mahluk Tuhan: kesadaan para pelatih Kuda Renggong dalam memperlakukan kudanya, tidak semata-mata seperti layaknya pada binatang peliharaan, tetapi memiliki kecenderungan memanjakan bahkan memposisikan kuda sebagai mahluk Tuhan yang dimanjakan, baik dari pemilihan, makanannya, perawatannya, pakaiannya, dan lain-lain;

Makna teatrikal: pada saat-saat tertentu di kala Kuda Renggong bergerak ke atas seperti berdiri lalu di bawahnya juru latih bermain silat, kemudian menari dan bersilat bersama. Tampak teatrikal karena posisi kuda yang lebih tampak berwibawa dan mempesona. Atraksi ini merupakan sajian yang langka, karena tidak semua Kuda Renggong, mampu melakukannya;

Makna universal: sejak zaman manusia mengenal binatang kuda, telah menjadi bagian dalam hidup manusia di pelbagai bangsa di pelbagai tempat di dunia. Bahkan kuda banyak dijadikan simbol-simbol, kekuatan dan kejantanan, kepahlawanan, kewibawaan dan lain-lain.***.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun