Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cinta dan Cita Rasa Kopi

7 Agustus 2019   19:12 Diperbarui: 7 Agustus 2019   19:50 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

SEPERTI biasa, selepas memburu berita. Andika dan dua orang temannya, Daeng Rizal dan Deni, melepas penat, di sebuah kedai kopi langganan. Kopi Gayo adalah pavorit Andika. Kopi asal Aceh ini bagi dia memiliki aroma dan cita rasa sangat khas dan tidak meninggalkan pahit di lidah. Tambah lagi, bercengkarama dan sharing perkembangan peristiwa update bareng kolega, menambah nikmat cita rasa kopi.

Waktu itu, Andika dan dua sahabatnya yang memilih tempat duduk dipojokan, tampak asik ngobrol. Lantunan lagu-lagu golden memori semakin menjadikan ketiganya betah duduk berlama-lama. Maklum wartawan, otaknya seraya kamus berjalan. Apapun bisa jadi ulasan yang menarik. Mulai dari menjamurnya politisi korup, anjloknya nilai rupiah, lemahnya kinerja aparat hukum sampai hal-hal kecil, tak luput dari bahan diskusinya. Hingga akhirnya sampai ke obrolan tentang alasan cita rasa minum kopi.

"Zal (panggilan Daeng Rizal), kenapa pilih kopi toraja?" Padahal kopi Gayo jauh lebih nikmat. Aromanya mantap dan tidak pahit di lidah" tanya Andika pada Rizal, seorang wartawan surat kabar harian, edisi Jawa Barat.
"Iya kawan. Kalau aku kopi apa saja masuk. Apalagi kalau gratis. Ha..ha..ha" celetuk Deni menimpali.
"Kalian ini kaya enggak tahu aja. Aku ini orang Sulawesi. Jadi pastilah lebih memilih kopi asal daerah sendiri. Rasa kedaerahanku itu kuat kawan. Tak bisa di ragukan lagi..!" Jelas Rizal, bangga dengan kopi pilihannya.
"Hanya itu?"....tanya Andika, lagi.
"Perlu kalian tahu..! Kopi Toraja itu  body nya tebal dan keasamannya rendah. Terus, rasanya didominasi rasa cokelat dan earthy. Apalagi kalau di tambah campuran rempah. Beeeuh mantap jiwa kawan. Satu lagi kopi ini menjadi pavorit dan di jual dengan harga tinggi di negara-negara Eropa" jelas Rizal makin bangga.

Mendengar penjelasan Rizal yang menggebu, Andika hanya menganguk dan tersenyum. Lalu matanya menoleh ke kawan satunya lagi.

"Dan kamu Den. Apa alasanmu suka minum kopi?".. Tapi aku lihat, kau tak punya selera khusus. Kopi apa, aja kamu sikat" Andika coba ngorek argumentasi Deni, si wartawan Online.

Beda halnya dengan Rizal, wartawan Online ini hanya cengengesan. Terus garuk-garuk kepala nggak jelas. Tapi matanya jelalatan ke arah counter barista.

"Hei....jawab. Malah cengengesan " timpal Rizal, agak kesal.
"He..he..bingung. Soalnya jujur aku tak ngerti tentang kopi. Asal kopi, pasti aku minum" tutur Deni kembali cengengesan.
"Terus?".......tanya Andika, memicingkan matanya karena rasa pemasaran.
"Intinya kopi apa aja aku suka. Adapun kenapa aku suka ikut nongkrong di sini, karena........."
"Karena apa?"...Rizal kembali bertanya.
"Karena aku suka baristanya. Cantik-cantik dan montok pula. He..he..he.."
"Ah elu dasar playboy cap kadal" tukas Rizal sambil menoyor kepala Deni.
"Sementara kamu sendiri kenapa suka kopi Gayo? Gantian, tanya Rizal pada Andika.

Andika menyunggingkan senyum ketika mendapat tanya temannya. Senyum yang sedikit dipaksakan. Karena sejenak, hati dan pikirannya tidak ada di kedai itu. Melancong ke tempat jauh. Tempat dimana Jelita tinggal, Purwakarta. Baru sejurus kemudian, wartawan satir ini coba memberikan alasannya.

"Kopi Gayo bagiku adalah kopi yang sangat harum dan sedikit gurih. Hampir tidak pahit di lidah. Malah ada yang bilang, kopi ini melebihi cita rasa kopi Blue Mountain, Jamaika""

Hanya itu?"..koq aku lihat kurang pede gitu jawabnya" tanya Rizal, kurang puas dengan jawaban Andika.

Andika mahfum Rizal tak puas dengan jawabannya tadi. Menarik nafas dulu dalam-dalam, kemudian kembali berucap.

"Jujur...awalnya aku lebih suka kopi yang digunting (kopi sachet), daripada yang digiling. Tapi, semenjak temanku memberi kopi Gayo, jadi ketagihan sampai sekarang" jawab Andika, sengaja merahasiakan nama si pemberi kopi.

Hanya hatinya lah yang tahu siapa pemberi kopi itu. Dia adalah Jelita, kekasih hatinya yang masih berstatus isteri orang. Alasan yang diutarakan pada kedua temannya tentang kesukaannya terhadap kopi Gayo hanyalah pengalihan. Padahal, alasan sebenarnya adalah sebagai pengobat rindu. Karena, Setiap kali Andika menikmati kopi asal tanah rencong itu, hati dan pikirannya serasa dekat dengan Jelita. Dengan kata lain, ada cinta dibalik rasa kopi.***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun