"Tidak. Papah tidak setuju...!"
"Kenapa pah?..Shandy pria yang baik. Bahkan mungkin lebih baik dari laki-laki yang ingin dijodohkan denganku.." bantah Suci.
"Kamu harus ingat, dia itu war..........."
"Wartawan maksud papah?....Kenapa dengan pekerjaan itu?"...
"Tapi dari mana papah tahu?"....." Atau jangan-jangan sebenarnya papah sudah tahu keberadaan Shandy?"..
"Aaahh....pokoknya papah tidak setuju.."
"Jawab pah.........!" Teriak Suci.
Diteriaki seperti itu, ayah Suci semakin marah.
"Sudah....jangan kau bantah lagi papahmu ini...!"
Memang benar dugaan Suci. Sebenarnya ayahnya itu sudah sejak lama mengenal sepak terjang Shandy selaku wartawan. Tapi hal tersebut selalu dirahasiakannya. Selain egonya yang ingin mendapatkan menantu anak terpandang, juga khawatir prilaku korupnya selaku pejabat terendus.
"Itu tidak menjawab pertanyaanku. Papah benar-benar egois.."
Kekerasan hati ayahna ini melecut amarah Suci yang sebenarnya anak penurut. Kecuali masalah hati. Dia mengancam akan meninggalkan kota selamanya. Jika ayahnya masih tetap keras hati dan tidak merestui hubungannya dengan Shandy.
Terpaksa, untuk menyenangkan hati anaknya itu, akhirnya dia memperbolehkan Suci menjalin hubungan kasih dengan lelaki pilihannya.
"Benarkah itu pah?"....Suci masih tak percaya.
"Iya papah serius. Panggil Shandy ke sini. Suruh menemui ayah.....!" Ucapnya.
Tak ada lagi kata-kata lebih pantas selain kata bahagia. Bagi Suci restu ayahnya adalah surga dunia. Percaya akan restu ayahnya, Suci pun menghubungi Shandy untuk segera menemuinya di taman wisata. Tempat penuh kenangan bagi mereka berdua.
"Hei.....kamu sudah lama nunggu ya?" Sapa Shandy pada Suci yang telah datang lebih awal di taman wisata.
Suci hanya tersenyum. Hatinya sudah tidak sabar menyampaikan kabar gembira.
"Aku ada kabar gembira untukmu..!"
"Benarkah...Apa itu?'....Shandy penasaran.
"Papahku merestui hubungan kita..!"
"Serius?....." Tanya Shandy masih tak percaya.
"Hooh..." Jawab Suci manja.
Dua insan yang tengah dimabuk cinta ini pun sumringah. Kebahagiaan yang telah didambakan sejak lama akhirnya bakal terwujud. Keduanya saling berangkulan. Namun tak berlangsung lama. Teriakan lantang seorang pria membuyarkan semua asa dan kebahagiaan mereka.
"Hentikan....! Kata siapa aku merestui hubungan kalian?"....
"Papah...." Seru Suci. Ternyata orang yang berteriak tadi adalah ayahnya sendiri yang dibarengi  beberapa.orang pria kekar
"Diam kau Suci...!" Dan kau Shandy rupanya hanya seorang lelaki pengecut. Tak bisa dipegang kata-katanya.." bentak ayah Suci sambil menodongkan telunjuknya ke muka Shandy.
Shady tak tinggal diam. Dia balas bentakan ayahnya Suci dengan serangan kalimat pedas.
"Anda lah yang pengecut pak...! Di jaman semodern ini masih saja bersikap feodal. Ingat...Suci bukanlah Siti Nurbaya..!"
"Dan satu lagi. Saya orang yang memegang teguh janji seorang lelaki. Bapak ingat omongan saya dulu?".Â
Saya akan menjauhi anak bapak demi kebahagiaanya. Tapi nyatanya dia menderita lahir dan batin. Maaf..kali ini tidak.bisa menuruti kata-kata bapak lagi....!' tandas Shandy.
Perlawanan Shandy memantik api amarah ayah Suci. Tanpa ragu, dia menyuruh para pria berbadan kekar untuk menghajar kekasih anaknya itu.
"Kurang ajar kau...cepat hajar dia...!
Shandy tak gentar. Namun, sekuat-kuatnya dia, tetap saja tak mampu membendung pukulan dan tendangan para pria suruhan ayahnya Suci.
Melihat kekasihnya itu dipukuli, Suci hanya menangis dan berteriak.
"Hentikan....hentikan...!" Tapi maksudnya itu tak dihiraukan para pria kekar tadi. Shandy ambruk ke tanah. Tubuhnya babak belur dan berdarah-darah.
"Shandy......." Suci berlari dan langsung menubruk tubuh Shandy yang sudah tak berdaya.
Selagi Suci merangkul tubuh kekasihnya yang hampir di ambang maut. Dari belakang, ayahnya membentak keras.
"Lepaskan dia Suci..!"
"Tidak....Tinggalkan kami sekarang juga" bantah Suci sambil terus bercucuran air mata.
"Suci.." tiba-tiba Shandy memanggil nama dirinya.
"Iya sayang....Bertahanlah. kamu pasti kuat.."
"Tidak...Ajalku sudah dekat. Maafkan aku tak bisa menjagamu..!"
"Tidak...Kau tak boleh ngomong seperti itu...!
Tapi, sekuat apapun Suci menangis, tetap tak mampu melawan takdir ilahhi. Shandy akhirnya menghembuskan nafas terakhir di pelukannya.
"Shandy............" Suci menjerit histeris, lalu pingsan.
Peristiwa itu menggegerkan seantero kota. Shandy sang jurnalis satir tewas karena keegoisan orang tua yang tak mengerti artinya cinta.
Atas kebiadabanya itu, ayah Suci dan anak buahnya berhasil dibekuk fihak kepolisian. Kemudian membusuk di penjara karena di vonis seumur hidup atas tuduhan pembunuhan berencana.
Sementara Suci yang cintanya direnggut paksa ayahnya, memutuskan tidak menikah hingga ajal menjemput. Sisa hidupnya didedikasikan untuk merawat anak-anak miskin dan terlantar. Dia terus berjuang sekuat tenaga mewujudkan cita-cita anak-anak yang di asuhnya. Semua itu dilakukan demi kekasihnya, Shandy.
TAMAT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H