"Kok bisa bro?" Tanya Teguh, penasaran.
"Dua hari lalu, aku melihat penjaga di sekolah tersebut sedang ngobrol dengan pemuda. Anehnya obrolan mereka dilakukan dengan sembunyi-sembunyi. Aku yakin pemuda itulah pembunuhnya. Karena sepintas dia bilang kata, RAHASIA pada penjaga itu.." Â yakin Adit lagi.
"Beneran nih bro?" Kalau begitu kebetulan. Salah satu korban itu adalah saudaraku. Sampai sekarang fihak keluarga dan polisi kebingungan menemukan pembunuhnya"
"Mau ya bro jadi saksi. Sekarang aku tinggal nelpon keluarga untuk segera memberikan keterangan baru. Kamu sebagai saksinya...!" Pinta Deni, antusias.
"Eh...ga mau ah. Males aku berurusan dengan polisi." sahut Adit.
"Pliiiiiis bro, mau ya?" Informasi kamu ini pasti sangat berarti." pinta Deni lagi.
"Engga...engga. Kalau begitu aku pulang dulu ya..! Bye.." bantah Adit. Wajahnya pucat, lalu bergegas meninggalkan kedua temannya di kedai itu.
Setelah Adit ngacir, si pria berkacamata ini langsung terbahak-bahak. Teguh pun sama tertawa keras. Rupanya kedua orang ini telah berencana, mengarang sebuah cerita untuk memancing reaksi Adit.
Adit yang awalnya bangga karena merasa lebih tahu, mendadak pucat pasi ketika diminta jadi saksi mata.
"Ha..ha..ha...ha..ha rasain. Dasar kamus berjalan" seru Deni, tertawa lepas. Happy, pancingannya sukses besar.
Sumedang, 01 Agustus 2019