Mohon tunggu...
Elang Maulana
Elang Maulana Mohon Tunggu... Petani - Petani
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Hanya manusia biasa yang mencoba untuk bermanfaat, bagi diri dan orang lain..

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Aku Adalah Pram

30 Juli 2019   08:11 Diperbarui: 30 Juli 2019   08:24 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku Adalah Pram

Senja itu, pasir putih bersama angin sepoi-sepoi menambah suasana di sepanjang pantai timur menjadi lebih indah.
Betapa tidak, pemandangan air laut yang kebiruan nan bersih membuat siapa pun  betah  berlama-lama menikmati indahnya karya tuhan tersebut.

Pramono terhenyak dari lamunan. Tak jauh dari pandangannya, sesosok tubuh tanpa busana mengambang di bibir pantai.

"Ada mayat...ada mayat" Pram (panggilan Pramono) berteriak sekeras mungkin. Sayang, kerasnya pita suara pria berperawakan sedang ini menghasilkan gema semata.

Rasa ngeri, takut dan pangilan profesi sebagai jurnalis, campur aduk dalam benak. Sempat dia sejenak menepisnya.

"Ah aku ini bukan wartawan kriminal, polisi atau detektip. Lebih baik tinggalkan saja tempat ini"
Belum juga kaki pram ambil langkah seribu, tiba-tiba tampak olehnya sebuah perahu besar tengah menepi ke bibir pantai sebelah barat. Terang, otak jurnalisnya bekerja liar. Penuh tanya, sesak praduga.

"Mungkinkah orang di perahu besar itu pembunuhnya?" Pikir pram.

Tanpa pikir panjang, Pram memberanikan diri menghampiri mayat tadi. Seorang perempuan muda dengan luka menganga di payudara bagian kiri, serta darah segar mengucur di bagian kepala. Kemudian,  sambil membaca jampi-jampi tak jelas, sang jurnalis majalah dewasa ini menyeret jenasah  itu ke daratan.

"Mudah-mudahan secepatnya mayat ini ditemukan orang lain. Aku harus menyelidiki perahu itu segera" tegas pram. Setelah mengambil foto beberapa shoot, dia bergegas menjalankan panggilan jiwanya.

Begitu berhasil mendekati perahu, Pram mulai celingak celinguk mengawasi keadaan sekitar, berlaga tokoh detektif karya Sir Arthur Conan, Sherlock Holmes. Disapu seluruh tempat yang ada disekitar perahu dengan sorot tajam matanya. Lenggang, hening, tak tampak kehidupan.

"Ah aku terlambat" Pram menghela nafas penuh kecewa.

"Lebih baik aku mencari bantuan untuk mengevakuasi mayat tadi atau melapor pada keamanan setempat" pikirnya. Belum sempat melangkahkan kaki, tiba-tiba suara tawa perempuan memecah keheningan. Kontan Pram pun menoleh. Tampak, perempuan paruh baya tengah digandeng laki-laki muda bertelanjang dada, keluar dari pintu perahu besar.  Mesra, peluk cium diselingi tawa nakal si perempuan.

Sambil mengintip dari balik tembok sebuah kedai kecil, Pram meragu.

"Mungkinkah mereka?"

Dasar wartawan, meski batinnya meragu, otak investigasinya tak mau mengalah. Pram mengikuti kedua orang tadi menuju sebuah hotel yang jaraknya cukup jauh dari bibir pantai.

Paska investigasi sana sini, Pram menemukan fakta, kedua orang tadi adalah pasangan kekasih asal Jakarta. Mereka baru dua hari menginap di hotel tersebut. Tak ada kejanggalan, selain pasangan beda generasi.

"Sudah dua hari ini mereka kerjanya berangkat pagi-pagi sekali, pulang malam seperti sekarang," terang salah seorang cleaning service hotel.

"Emang ada apa mas?"

"Engga...saya sepertinya kenal aja pada laki-lakinya. Seperti sahabat lama saya" jawab Pram berbohong.

Setelah mendapatkan fakta tak seberapa, Pram berlalu menuju tempat kejadian perkara. Beruntung, sesampainya di sana, mayat perempuan tadi sudah di evakuasi fihak aparat.

Tanpa banyak reaksi, Pram menuju kamar hotel tempatnya menginap. Dia memutuskan, mengungkap kasus ini sendirian. Dengan harapan, karya jurnalistiknya nanti jadi bombastis.

"Tak apalah, under cover tak dapat, berita kriminal ini juga cukup sexy" pikirnya, menyadur salah satu peribahasa, tak ada rotan akarpun jadi.

*****0*****

Pagi-pagi sekali sekira pukul lima, Pram sudah nongkrong di depan hotel tempat orang yang dicurigainya menginap. Sambil menenteng segelas kopi panas, pandangannya tak lepas ke depan pintu lobi hotel. Pram kecele,  telah pukul 08 pagi lewat, orang yang dicurigainya tak kunjung keluar. Namun, jiwa strugle-nya patut diacungi jempol. Jurnalis ini setia menunggu TO (baca: target operasi) keluar.

Tiba-tiba kedua mata Pram melotot, gelora asmara membuncah, melihat seorang perempuan muda cantik nan seksi dengan blouse hitam masuk hotel.

"Beruntung sekali laki-laki yang memilikinya" sejenak dia lupa segala. Pikirannya melayang, imajinasinya liar.

Masih asik bermain dengan pikiran, kembali Pram dikagetkan dengan pandangannya. Bahkan lebih mengejutkan. Si perempuan cantik ber-blouse hitam keluar hotel bersama pria yang dijumpainya kemarin malam. Mereka tampak mesra, diikuti perempuan paruh baya, dengan mimik wajah sumringah.

"Ada apa ini?" Otak wartawan Pram terus berputar mencari jawaban.

"Ah mending aku ikuti aja mereka"

Bergegas wartawan muda ini mengikuti mereka bertiga. Sekian lama diikuti, ternyata tempat yang dituju ketiga orang tadi adalah hutan wisata di sekitar pantai. Letaknya cukup jauh dari pantai barat.
Setelah tiba di tengah hutan, ketiga orang ini tertawa riang, lalu saling peluk cium satu sama lain.

"Janggal" pikir Pram, mengintip dari balik pohon yang cukup besar.

Beberapa lama saatnya, Pram terus disuguhi pemandangan aneh. Pria muda tampan tampak dicium, dibelai dan dir                                       ayu oleh kedua orang perempuan beda umur. Pram tak berkedip, sampai kemudian matanya melotot, mulutnya melongo. Betapa tidak, perempuan muda yang sempat mengundang pikiran kotornya, perlahan mulai membuka blouse hitam, lalu melepas BH.  Buah dadanya yang besar kelihatan jelas. Prilaku ini diikuti oleh perempuan paruh baya dan pria tampan. Tampak jelas dalam pandangan Pram, ketiga orang itu kini setengah telanjang. Mereka kembali berpeluk cium satu sama lain.
"Setan apa yang merasuki mereka? Gumam Pram.

Belum hilang rasa kaget bercampur horny, Pram melihat perempuan paruh baya mundur perlahan, lalu duduk di bebatuan. Matanya tampak menikmati adegan panas yang ada di depannya.

Perempuan muda dan si tampan terus bergumul, memadu kasih sambil berdiri. Kedua tangan pemuda tampan tampak liar menggerayangi tubuh seksi pasangannya. Sementara bibirnya buas bak alien meng-agresi bumi, menciumi leher, bibir, sampai ke puting. Sampai akhirnya, tangan nakal pemuda tampan mulai melepaskan CD si perempuan.

"Wow" Pram yang terus mengintip, makin bangkit gairah birahinya. Tampak jelas oleh bujangan itu, bulu-bulu halus perempuan cantik tersebut tertata rapi menutupi rongga vagina.

Sekian lama dua anak manusia itu bergumul. perlahan namun pasti, si perempuan merebahkan tubuhnya di atas hamparan rumput yang memang tumbuh subur di sana. Permainan cintapun akhirnya berlanjut di hamparan itu. Bagi mereka hamparan rumput layaknya ranjang empuk yang pantas dinikmati bermain cinta. Sementara, perempuan paruh masih tampak fokus menikmari adegan mesum di depannya. Tubuhnya terangsang hebat, hingga desahan dan lenguhanpun keluar dari mulutnya.

"Finish it...finish it...!" Teriaknya, sambil menahan nafsu birahi hebat.
Mendengar teriakan, si pemuda tampan makin agresip dan menggila menggauli. Pun dengan pasangannya, makin erotis disertai desahan-desahan nikmat, kemudian terkulai lemas, tanda orgasme.

Melihat lawannya terkulai, si pria tampan menyeringai sambil melirik ke perempuan paruh baya.

"Finish it...finish it....!" Teriak si perempuan paruh baya mengulang perintah serupa.

"Baiklah sayang" jawab si pria tampan. Seketika tangannya meraih batu sebesar kepalan tangan manusia dewasa dan kemudian menghantamkannya pada kepala perempuan cantik.

"Bukkkk...." Kontan, kepalanya pecah, mati seketika.

"Ayo sayang, aku rindu kamu" ajak perempuan paruh baya kepada pemuda tampan, yang disambut anggukan kepala.

"Siapa takut" jawabnya dengan mimik wajah tanpa dosa.

Rupanya perempuan paruh baya ini mengajaknya bercinta tepat di dekat mayat perempuan muda.

Melihat semua kejadian itu, Pram yang sedari tadi mengintip di balik pohon besar tak bisa menahan amarahnya. Dia meloncat keluar untuk mencegah terjadinya peilaku binatang seperti yang dilihatnya tadi.

"Hentikan...!" Teriaknya lantang.
Kedua orang yang masih telanjang bulat itu kaget, lalu bergegas menyambar pakaian masing-masing.

"Siapa kau, apa hakmu mengganggu kesenangan kami?" Tanya si pemuda tampan penuh amarah. Lalu secepat kilat melayangkan bogem mentah ke arah Pramono. Untung, dengan berbekal sedikit ilmu silat dari aki Sanusi, pram mampu berkelit. Perkelahian keduanya berjalan cukup sengit, sampai pada satu kesempatan, tendangan sabit kaki kanan Pram mampu bersarang tepat di ulu hati pemuda tampan.

"Aaaaaaah" si pemuda tampan mengerang kesakitan, lalu terjatuh dan pingsan. Sementara si perempuan paruh baya hanya bisa menangis. Tak bisa berbuat apapun, selain pasrah dengan keadaan.

Setelah berhasil meringkusnya, Pram lalu menelepon seseorang. Tak lama berselang, beberapa orang polisi dan masyarakat datang. Pram pun bernafas lega.

Setelah dilakukan penyelidikan lebih lanjut, kedua orang yang berhasil di ringkus itu adalah pasangan sejoli yang mempunyai kelainan seksual, terlebih fihak perempuan. Nafsu birahinya akan muncul apabila sudah bisa menyaksikan adegan mesum pasangannya, untuk kemudian dibunuh. Sementara korban, termasuk yang ditemukan Pramono di bibir pantai timur adalah perempuan bayaran. Diketahui lebih jauh, korban pembunuhan sadis sejoli ini rupanya cukup banyak, dan menjadi target utama kepolisian.
*****0******
Seminggu kemudian, Pramono mendadak terkenal. Tulisan berita serta keberaniannya mengungkap kasus pembunuhan, menjadi buah bibir di mana-mana, tak terkecuali di warung kopi.

Ada adagium yang menyebutkan, usaha tak pernah menghianati hasil.  Itulah yang terjadi pada Pram. Pasca menjadi buah bibir, membuat pemerintah dan kepolisian setempat memberikan penghargaan. Pram diundang naik panggung pada malam anugerah. 

Jiwanya merasa terbang ke langit ke tujuh. Apalagi malam itu bintang-bintang di angkasa begitu terang menyinarkan cahayanya. Seolah ingin menjadi saksi atas keberhasilan Pram.

"Pramono...pramono..." Penonton terus mengeluk- elukan namanya. Hingga akhirnya, suara perempuan tua nyaring terdengar, menyebut namanya.

"Pramonooooooooooooo....."

"Bangun kau udah siang. Cari kerja sana jangan tidur melulu bisanya"
Pramono pun tersadar, rupanya dia bermimpi.
"Ah ibu ganggu saja, ga bisa lihat orang senang" dumel Pram sambil ngeloyor ke kamar mandi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun