Mohon tunggu...
Elang Langit
Elang Langit Mohon Tunggu... -

nakal...

Selanjutnya

Tutup

Drama

Bapakku Pahlawan, Bukan Penghianat

1 Oktober 2012   13:52 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:24 298
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Elang merenung mengingat masa kecilnya. Saat dirinya terdampar di Yogyakarta...ya...Yogya, dia tidak pernah sampai ke tempat kakeknya di Madiun.
Trauma...dendam, silih berganti menemani mimpi buruknya. Tak bisa dia menghapus wajah beringas ketiga orang yang sudah membunuh ibunya.

Dia teringat saat saat masih bersama kedua orangtuanya. Masih teringat saat dia dan ibunya menanti bapaknya pulang. Pulang dengan seragam dan bintang jasa di dadanya.
"Bapakmu seorang pahlawan Aryo". Kalimat yang sering dia dengar dari ibunya saat bercerita tentang kepahlawanan bapaknya dalam membela tanah air.
Suatu kebanggaan yang tertanam dalam jiwanya, dan kebanggaan itu terenggut saat bapaknya dituduh penghianat bangsa.
Bahkan kebanggaan yang tersisa pun harus hilang, seiring bergantinya nama pemberian bapaknya.

"Aku harus ke Jakarta" ucapnya dalam hati.

****
"Bapak..ibu, Elang pamit ke Jakarta...minta doa restunya"
"Hati hati disana ya nak...jaga dirimu...sampaikan salam bapak dan ibu ke pakdhe mu"
"Inggih bu...Elang pamit bu" ucapku sambil mencium tangan bapak dan ibu.

Berat rasanya meninggalkan bapak dan ibu Hartono, orangtua yang selama ini membesarkanku.
Dengan alasan untuk bekerja dan mencari pengalaman, orangtua angkatnya mengijinkannya.
Di Jakarta, dia akan tinggal dengan pak Haryono, kakak dari pak Handoyo, orang yang sering aku sebut pakdhe.

****

" SEORANG PURNAWIRAWAN TEWAS KARENA KECELAKAAN MOBIL"

Itulah berita dari sebuah harian ibukota. Aku tersenyum begitu selesai membacanya.
Akhirnya...satu dari tiga orang itu mati juga, bathinku berbisik. Ada kepuasan saat membaca berita tersebut.

"Ayah !!" panggilan dari seorang anak kecil yang aku kenal menyadarkan lamunanku.
"Lintang...sini peluk ayah" sahutku sambil menjulurkan tangan.
Anak perempuan itu segera melepaskan genggaman ibunya dan berlari kearahku.
"Tumben mama main ke kantor?" tanyaku pada wanita yang menjadi istriku.
"Lintang yang mengajak kemari...dia kangen pengen bermain denganmu mas" ucap wanita itu.
"Kalau begitu, ayo kita bertiga jalan jalan...mumpung aku tidak sibuk" ucapku sambil menggandeng tangan istriku dan menggendong Lintang.

****

Dalam pencarianku untuk menuntaskan dendam masa lalu, aku bertemu Hawa...wanita yang kini menjadi istriku. Hawa perempuan cantik dan cerdas, aku mengenalnya saat pakdhe mengutusku untuk menjalin kerjasama dengan perusahaan miliknya.
Berawal dari seringnya kami berdua bertemu, ahirnya kami menjalin hubungan yang serius.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun