Mohon tunggu...
Elang Langit
Elang Langit Mohon Tunggu... -

nakal...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

8 Juli 2014

16 April 2014   02:21 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:38 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bahkan Kresna tak mampu membujuknya

"Apa engkau juga seperti orang lain, Kresna? Engkau titah Waskita, titisan Dewa bertanya mengapa aku memihak Kurawa?" kata Karna

"Aku tak mengerti sikapmu karena aku memiliki pamrih mengajakmu memihak Pandawa. Mungkin aku telah di butakan pamrihku sendiri" kata Kresna

"Ketahuilah wahai Kresna. Aku tak sama dengan patih Sengkuni yang memihak Kurawa demi pamrih duniawi. Kresna, aku tahu engkau takut aku membunuh Arjuna bukan ? maka kini ku tegaskan, Arjuna akan jaya, dan aku akan binasa di medan Kurusetra tapi aku tak peduli. Dharma memang pelik"
Kresna bungkam seribu bahasa dan Karna benar, dharma memang pelik.

Aku semakin larut dalam cerita bapak, dan tanpa terasa, waktu sudah semakin larut malam.

Lalu bapak berbicara padaku, Nak, orang hebat itu bukanlah orang yang paling sakti, paling kuat atau paling cerdas. Orang hebat adalah orang yang bisa melawan napsunya, melawan ‘Sengkuni' dalam dirinya, memegang teguh janji dan sumpahnya. Orang hebat itu menyadari siapa dirinya, tidak mau mengambil yang bukan haknya, walaupun dia mampu mengambilnya. Orang hebat menuliskan sendiri jalan hidupnya, bukan orang lain yang menentukan jalan hidupnya.

"Aku harus membuktikan bahwa seseorang ada, seseorang menjadi, itu karena tindakannya. Keberanian bisa datang dari siapa saja, karena seorang kesatria ada bukan hanya karena ayahbundanya, tapi toh bisa keluar dari batu gunung tak dikenal "

Tiba tiba, bapak menghentikan ceritanya, saat beliau mengetahui isteriku sudah berdiri dan tersenyum di depan pintu.
Bapak pun berkata, Besok saja bapak lanjutkan ceritanya, ini sudah larut malam, sana temani istrimu!.
Aku tersenyum saat memandangi isteriku, lalu aku berpamitan pada bapak. Esok, aku harus menunaikan tugasku sebagai warga negara dalam memilih presiden. Aku belum tau, siapa yang harus kupilih, yang pasti aku sudah mengerti siapa yang tidak akan kupilih. Yang Jelas, malam ini aku menunaikan tugasku dulu sebagai suami, karena kulihat wajah cantik isteriku bagaikan Surtikanti, dan aku merasa seperti Karna.

***
Tamat

Catatan :
Kisah Mahabharata, sebuah kisah yang mengandung nilai nilai kehidupan di dalamnya. Bukan hanya sekedar kisah pertempuran antara kebaikan melawan kejahatan. Kisah ini ditulis oleh Bhagawan Wyasa. Ada anggapan, bahwa kisah ini ditulis lebih dari satu orang, mengingat cakupan kejadian, peristiwa dan waktu yang panjang dari sejarahnya. Dalam kitab kitab Purana, dikenal istilah Wyasa yang berjumlah 28 orang, Wyasa yang berarti penutur atau pengatur. Maka penyebutan Bhagawan Wyasa adalah untuk penghormatan atas karya besar ini.

Sumber tulisan :
1.Winternitz, M. History of India Literature.
2.Kitab Adiparwa (buku pertama serial Mahabharata)
3.Serat Mahabharata
4.Kisah Mahabharata India/Jawa
5.Kisah yang dituturkan para tetua di desa.


Salam
Elang


1397563834764212905
1397563834764212905

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun