Begitu juga dengan Karna, seorang ksatria yang bisa memegang teguh janjinya. Tidak seorangpun bisa menggoyahkan hatinya, tidak juga isterinya, ibunya, bahkan Kresna sekalipun.
"Ini bukan pertempuranmu, kau tak perlu ikut dalam perang saudara ini, aku tak ingin kehilanganmu" ucap Surtikanti.
"Aku tak ingin anak keturunanku menganggap diriku penghianat, seorang yang tidak bisa menepati sumpah dan janji, seorang yang lari dari tanggung jawab" ucap Karna
Begitu juga saat ibunya Dewi Kunti datang memohon.
"Kau adalah anakku, putera pertama yang berhak atas tahta, Pandawa adalah saudaramu, bergabunglah dengan mereka, karena mereka ada dipihak yang benar, aku tak mau engkau mati dalam peperangan" pinta Kunti.
"Ibu, biarkan aku menjalani dharmaku, menjalani takdir dan sumpahku walaupun harus melawan Arjuna, adikku sendiri. Tapi tolong jangan katakan siapa aku sebenarnya pada Pandawa, nanti mereka tak mau melawanku. Aku tak pantas menjadi raja, Yudhistiralah yang mampu karena dia bijaksana. Yang kulakukan ini adalah wujud baktiku padamu"
"Tapi Arjuna akan membunuhmu!"
"Aku yang akan membunuh Arjuna"
"Dan aku akan kehilangan anakku" ratap Kunti
Lalu Karna berbicara dalam hari, kalau begitu, biarlah aku yang mati. Kemudian dia berbicara pada ibunya.
"Apapun yang terjadi, anak ibu tetaplah lima"