Wafatnya Ki Joko Bodo, Bisa Husnul Khatimah

Dari berbagai sumber yang mengulas dan menceritakan perjalanan hidup Agus Yulianto yang lebih dikenal dengan Ki Joko Boda, menggambarkan proses perjalanan lakon hidup  dari warna hitam ke warna putih.

Yaitu kondisi spiritual yang didapat  dari kesadaran yang tumbuh seiring dengan usia yang menua seolah memberi nasehat bahwa hidup raga ini tidak abadi, sehingga kapan lagi kalau tidak saat ini untuk  balik badan dari menjauhi menjadi mendekati sang Ilahi. 

Berdasarkan informasi dari salah seorang anaknya  dari sumber yang dipercaya, sebelum meninggal (22/11/22) beliau berpesan agar anak-anak jangan sampai meninggalkan shalat. Sebuah pesan abadi yang punya nilai sangat tinggi bagi perjalanan anak-anaknya kelak.

Dari rumah peraktek perdukunannya yang diubah menjadi masjid, kemudian dari ungkapan cita-citanya  ingin membangun masjid berjumlah 99 dengan nama Masjid Asmaul Husna, dari sanak saudara dan handai tolan dan umat yang hadir di hari meninggalnya bisa menjadi indikator beliau dalam keadaan khusunul khatimah, meninggal dalam keadaan baik. 

"yaitu orang-orang yang diwafatkan dalam keadaan baik oleh para malaikat dengan mengatakan (kepada mereka)"salamun 'alaikum, masuklah kamu kedalam surga itu disebabkan apa yang kamu kerjakan"(QS.16:32), demikian al-Quran menjelaskan soal meninggal yang baik. 

Diujung ayat tersebut ada kalimat "disebabkan apa yang kamu kerjakan". Artinya amal itu sangat penting untuk bekal akhirat. Tuhan menciptakan hidup dan mati agar menguji manusia siapa yang lebih baik amalnya (67:1). 

Jangankan sudah beramal, belum sempat beramalpun jika jarak iman dan taubat dengan kematian terlalu dekat sehingga tak sempat beramal padahal sudah siap beramal dan bisa mendapatkan ampunan dan surga. Seperti kisah Habib Annajar yang diceritakan dalam surat yasin dimana ia dibunuh kaumnya sesaat  setelah mengucapkan kesaksian Iman dihadapan kaumnya setelah kaumnnya mengusir para utusan dan iapun diberi surga (36:25-27).

Titik balik hidayah atau konversi agama pada seseorang sering terjadi saat usia-usia dewasa biasanya dari usia 40 menjelang 50 tahun, bisa timbul karena ada problem kehidupan yang demikian rumit bisa juga karena sebab yang tidak dimengerti yang membuka kesadaran tertinggi yang kemudian mendorong seseorang untuk "hijrah" dari kehidupan sebelumnya. 

Proses dialektika dalam jiwa antara ilham kebajikan dan keburukan akan selalu muncul setiap saat, sehingga bagi yang mengikuti ilham kebajikan maka berbahagialah dia, namun bagi yang mengikuti bisikan buruk maka merugilah dia (91:7-9).

Meninggalnya selebritis atau tokoh, atau orang-orang yang dikenal luas publik selalu menjadi sorotan apalagi yang sudah dikenal sebelumnya sebagai kelompok yang jauh dari tuntunan agama kemudian secara tiba-tiba hijrah ke agama dan meninggal setelah hijrahnya maka dampaknya akan sangat memotivasi bagi para pencari kebenaran, sementara bagi yang lainnya menjadi pelajaran hidup bahwa cepat atau lambat manusia akan mengalami kematian, kullu nafsin dzaiqatul maut, setiap jiwa akan merasakan kematian (21:35). 

Maka sebelum maut menjemput hendaklah berbekal yang cukup dan sebaik-baik bekal adalah memiliki jiwa taqwa (2:197).