Mohon tunggu...
Ela Nabila
Ela Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Komunikasi dan Penyiaran Islam UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Saya adalah seorang mahasiswa Program Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam yang memiliki ketertarikan mendalam dalam dunia komunikasi dan media. Dengan latar belakang pendidikan yang kuat dalam teori dan praktik komunikasi, saya berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan saya di bidang penyiaran dan jurnalisme, khususnya dalam konteks nilai-nilai Islam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Anak-anak Dalam Ancaman, Menyoroti Kasus Pemerkosaan Pada Media Digital

3 Desember 2024   23:21 Diperbarui: 3 Desember 2024   23:28 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anak-anak saat ini terjebak dalam dilema antara risiko dan manfaat dunia digital. Satu sisi, internet memberikan ruang tak terbatas dan peluang belajar. Namun sisi lain, internet juga membuka peluang bagi pelaku kejahatan untuk melakukan tindakan yang merugikan. Keberadaan konten pornografi dan kekerasan seksual yang mudah diakses menjadi ancaman nyata yang harus dihadapi oleh generasi muda. 

Mengutip data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni PPA), dalam kurun waktu setengah tahun yakni mulai Januari sampai dengan Juni 2024, terdapat 7.842 kasus kekerasan terhadap anak dengan 5.552 korban adalah anak perempuan dan 1.930 korban anak laki-laki. Kasus kekerasan seksual menempati urutan pertama dari jumlah korban terbanyak sejak 2019 sampai 2024.

Dampak Psikologis

Dalam jangka panjang, dampak dari pelecehan dan kekerasan seksual ini dapat mempengaruhi perkembangan identitas anak dan prestasi akademik mereka. Anak-anak yang mengalami pelecehan seringkali kesulitan dalam membangun hubungan interpersonal yang sehat. 

Tugas orang tua adalah mengawasi aktivitas online anak dengan cara memantau platform media sosial mereka gunakan. Keterlibatan orang tua dalam memantau sosial media anak menjadi salah satu solusi yang harus dilakukan, hal ini agar orang tua bisa mendeteksi masalah sejak sedini mungkin. Selanjutnya adalah membangun percakapan terbuka antara anak dan orang tua, orang tua harus bisa menciptakan ruang nyaman bagi anak hingga anak mau untuk bercerita pengalam mereka di sosial media tanpa takut akan dihakimi.

Peran orang tua dan masyarakat dalam melindungi anak dari ancaman ini tidak bisa diabaikan. orang tua perlu meningkatkan pengawasan dan edukasi mengenai penggunaan teknologi kepada anak-anak mereka. Selain itu, upaya literasi digital dikalangan anak-anak harus menjadi prioritas agar mereka dapat mengenali dan menghindari potensi bahasa dalam ruang digital.

Penting untuk memberikan dukungan psikologis yang tepat bagi korban agar mereka dapat segera pulih dan membangaun kembali kehidupan. Sebagai masyarakat, kita harus menciptakan lingkungan yang lebih aman bagi anak-anak, dengan cara memperkuat regulasi terhadap konten berbahaya dan memberikan dukungan kepada korban kekerasan seksual.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun