Peristiwa di stadion kanjuruhan pada 1 oktober 2022 kemarin memberikan duka yang mendalam kepada banyak pihak. Sebanyak 131 orang meninggal dunia, 440 orang mengalami luka ringan dan 29 orang luka berat.Â
Penyebab jatuhnya banyak korban karena mereka panik dan berdesakan keluar dari stadion. Penanganan dari aparat kepolisian yang kurang tepat dengan menyemprotkan gas air mata ke arah tribun menyebabkan para suporter panik karena chaos dan terinjak-injak saat berjubel di pintu keluar. Selain itu sesak napas membuat banyak korban meninggal di tempat.
Doa bersama, simpati dan bantuan secara materiil maupun immateriil terus mengalir untuk para korban serta keluarga yang ditinggalkan. "Tidak ada sepak bola yang seharga nyawa" itulah slogan yang digunakan sebagai bentuk empati terhadap tragedi kanjuruhan.Â
Sepakbola memang olahraga yang begitu digemari oleh masyarakat, namun bukan berarti nyawa manusia bisa menjadi bahan untuk pertukarannya. Sefanatik apapun suporter terhadap klub sepakbola tertentu, kemanusiaan diatas segalanya.
Sudah seharusnya tragedi ini digunakan untuk evaluasi oleh semua pihak, tidak saling menyalahkan dan saling membantu sesama atas nama kemanusiaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H