[caption caption="www.facebook.com/notes/elaika/tarian-asap-rokok/1665979446985880"][/caption]
Malam semakin larut
Segelas kopi semakin surut
Pagi pun bergegas hendak menjemput
Tatkala dompet semakin mengerut
Â
Aku masih menjadi tunggul
Diantara sunyi dan siul
Kulihat asap rokok bergoyang pinggul
Dipekat udara ia semakin cabul
Â
Merayu seorang wanita
Batuk dan meronta
Teringat aku dalam bes pariwisata
Sembunyi dibalik tawa
Â
Ingatan hangat itu
Meminta mata untuk menahan iba
Ada seorang nenek tua
Mengisap dan meniup lepas ke udara
Â
Oh gila dalam hati ku mengungkapnya
Si tua itu menarikan asap rokok jua
Kutanya ia menjawab
"Kata siapa rokok membunuh mu"
Â
Aku kaget dan berusaha
Ternyata nenek itu membaca
Hahahaha aku perpraduga
Akulah tersangka, dan nyata bungkus rokok itu mengundang tanya
Â
Tarian asap rokok nenek tua
Ku lihat seperti ada luka dan derita
Enggan aku bertanya
Karena keburu ia membaca dan menjawab
Â
"Jangan percaya pada pemerintah
Kalau kita hanya untuk diperintah
Percayalah kepada rokok
Di hujah tapi jadi kebutuhan pokok
Â
Dulu suami ku perokok
Setelah berhenti ia mati
Ternyata karena beban hidup ini
Lebih berat daripada beban asap
Â
Aku merokok karena sehat
Kalau rokok membunuhku
Mungkin aku terlalu lugu
Angkat dahi tekan dagu
Melihat penderitaanku"
Â
Aku kembali sadar
Dan melihat alam sekitar
Tak ada yang lebih kasar
Selain hukum yang longgar
Â
Ah... gumamku bersandar
Mungkin hanya karena aku tak sadar
Perutku mulai lapar
Tapi kopi semakin segar
Â
Klik disini
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H