Saya mengambil contoh dalam kehidupan masyarakat di sekitar rumah saya di mana banyak sekali anak-anak dibawah umur yang kecanduan gadget Hal tersebut dikarenakan kurangnya pengawasan dari orang tua orang tua, dimana orang tua cenderung menjadikan gadget sebagai sarana bermain bagi anak-anak , pada awalnya orang tua memberikan gadget supaya anaknya tersebut tidak menangis atau tidak merengek namun apabila tidak dilakukan pengawasan secara menyeluruh atau bijak bukan tidak mungkin anak tersebut akan kecanduan terhadap gadget . Seperti yang sudah dijelaskan diatas banyak sekali dampak negatif terhadap kesehatan akibat penggunaan gadget yang berlebihan.
Karena seringnya bermain gadget pada akhirnya anak tersebut mengalami kecanduan dimana mereka sudah ketergantungan sekali dengan penggunaan gadget, setiap mereka tidak diberikan gadget maka anak tersebut akan menangis dan secara otomatis orangtuanya pasti akan memberikan gadget dengan tujuan atau harapan supaya si anak dapat bermain atau berhenti menangis , yang terkadang tidak menjadi perhatian orang tua adalah ketika anak sudah kecanduan gadget bukan tidak mungkin anak tersebut akan melakukan berbagai cara supaya diberikan gadget atau diberikan akses untuk memainkan gadget Tak jarang banyak anak kecil yang masih dibawah umur senang sekali apabila diberikan gadget oleh orang tuanya padahal seharusnya dimasa-masa Golden Age tersebut anak sepatutnya dikenalkan permainan yang sesuai dengan umur bukan malah asyik bermain gadget.
Akibat dari kecanduan gadget tersebut pada akhirnya akan menyebabkan perubahan sikap terhadap kepribadian anak, dimana anak cenderung mudah marah apabila keinginan bermain gadget tidak dituruti oleh orangtuanya. Selain itu anak juga akan memiliki sifat egois dimana segala keinginannya harus dituruti tanpa memikirkan dampaknya terhadap orang lain ketika anak sudah memiliki kecanduan terhadap gadget bukan tidak mungkin juga bahwa anak tersebut nantinya akan memiliki sifat apatis atau tidak peduli terhadap lingkungan sekitar contoh sederhana ketika si anak sedang bermain gadget maka ia akan fokus terhadap gadgetnya tersebut.
Maka dari itu perlu adanya pengawasan khusus kepada anak dibawah umur dalam menggunakan Gadget. Kecanduan gadget juga tidak hanya dialami oleh anak dibawah umur, tidak menutup kemungkinan bahwa orangtua pun mengalami kecanduan gadget dimana mereka cenderung lebih aktif menggunakan gadgetnya dibandingkan mengurus kebutuhan rumah tangga dan dari hal tersebut juga dapat kita ambil kesimpulan bahwa perlunya ada kesadaran dalam masyarakat terkait penggunaan gadget di mana hal tersebut bertujuan supaya tidak memunculkan dampak negatif yang lebih besar.Â
Santer terdengar saat ini banyak sekali terjadi konflik dalam rumah tangga akibat dari kecanduan gadget seperti halnya, pasangan suami istri yang melakukan perselingkuhan yang berawal hanya dari perkenalan di sosial media, sehingga nantinya memunculkan pertengkaran dalam rumah tangga. Karena perasaan egois yang dimiliki oleh pasangan suami istri tersebut, mereka cenderung tidak memikirkan dampak yang ditimbulkan akibat pertengkaran tersebut. Tak jarang anak yang menjadi korbannya, bukan hanya itu nilai kepercayaan terhadap pasangan pun semakin berkurang bahkan hilang sehingga pada akhirnya akan selalu memunculkan sifat saling mencurigai satu sama lain.Â
Selanjutnya kecanduan gadget pun dialami oleh para remaja baik perempuan maupun laki-laki. Dimana untuk remaja perempuan kecanduan gadget biasanya dikarenakan penggunaan media sosial yang tidak bijak, mereka belum dapat menyaring mana hal yang baik dan buruk sehingga tak jarang hal buruk dari penggunaan sosial medialah yang mereka ambil. Seperti gaya hidup mewah yang di terapkan oleh selebgram yang mereka ikuti, dimana mereka berusaha untuk mengikuti gaya hidup mewah tersebut tanpa melihat kemampuan dari diri sendiri.Â
Selain gaya hidup mewah, remaja perempuan juga sering mengikuti gaya pakaian artis idolanya tanpa melihat apakah hal tersebut sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung ada di masyarakat Indonesia. Mereka seakan-akan sudah tidak Memiliki rasa malu ketika menggunakan pakaian ketat, dimana ada kebahagiaan tersendiri yang mereka rasakan ketika dapat menggunakan pakaian seperti artis idolanya.Â
Tak hanya itu, akibat ingin mengikuti trend Fashion tak jarang remaja tersebut memaksa kepada orangtuanya untuk dapat memenuhi keinginan mereka tanpa melihat keadaan orang tuanya. Remaja perempuan yang sudah sepatutnya membantu orang tua untuk melakukan kegiatan sederhana seperti halnya membersihkan rumah dan lain sebagainya malah asyik mengikuti gaya hidup orang lain.
Remaja laki-laki pun cenderung mengalami kecanduan penggunaan gadget, mulai dari mengakses video yang tidak sepatutnya di lihat oleh anak seumuran mereka. Ketika remaja tersebut sudah mulai mengakses situs video terlarang, biasanya akan memunculkan perasaan ketagihan untuk menonton video-video lainnya dengan tujuan untuk menghilangkan rasa penasaran mereka dan untuk memuaskan kebutuhan mereka.
Berdasarkan survey yang dilaksanakan Kemenkes tahun 2017 sebanyak 94% siswa pernah mengakses konten porno yang diakses melalui komik sebanyak 43%, internet sebanyak 57%, game sebanyak 4%, film/TV sebanyak 17%, Media sosial sebanyak 34%, Majalah sebanyak 19%, Buku sebanyak 26%, dan lain-lain 4%.Â
Dari survey tersebut dapat kita lihat bahwa penggunaan internet untuk mengakses situs video porno memiliki presentase paling besar dibandingkan sumber lainnya. Dengan adanya kemudahan akses tersebut membuat remaja merasa bahwa mereka dapat dengan mudah mengakses situs video porno yang banyak beredar di Internet.