Mohon tunggu...
taufiqelhida
taufiqelhida Mohon Tunggu... Penulis - orang gila

Penulis Penggambar Pemula

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Jauh dari Rumah

21 Desember 2019   23:34 Diperbarui: 21 Desember 2019   23:54 6
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tiba-tiba saja aku mencintai petir lalu merindukannya setelah kemarin berhasil mencatat kilatannya
Namun hujan tak datang walau aku sebenarnya kelelahan berjalan di jalur letih ini
Kini pantang bagiku menangis

Di tempat yang jauh dari rumah, di bawah lampu merkuri yang cahayanya redup
Aku menyemai hangatnya getir yang tumbuh lama di ladang lemah imanku
Kini pantang bagiku menyerah

Di Gununggede Kawalu, satu-persatu keringat jatuh membasahi raga ringkih
Jauh kulihat mimpi pergi meninggalkan rumah-rumah sepi
Kini pantang bagiku mundur

Sesuatu kupungut dari wajah istriku yang kini sudah mulai lelah
Aku menggenggamnya erat sehingga aku mampu menjaganya sampai akhir hidup
Kini pantang bagiku melepasnya

Langit pekat seperti segelas kopi Lubuklinggau yang kuseduh tanpa gula
Pahitnya hanya di lidah sakitnya hanya di rasa aku menikmatinya
Kini pantang bagiku sembunyi

el, 2112 2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun