Mohon tunggu...
hida
hida Mohon Tunggu... Penulis - writer

Art

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(FF-KopDeaR) Apa Sih yang Enggak Buat Rangkat

22 Oktober 2012   17:32 Diperbarui: 24 Juni 2015   22:31 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Apa sih yang enggak buat Rangkat.” Pongky dengan memasang muka optimis kepada kami yang sedang berdiskusi untuk acara Kompasianival di Gandaria City nanti.

“Jadi nanti kita akan membuat sebuah properti yang dibentuk seperti Pos Ronda.” Mommy berkata dengan memasang muka serius kepada kami yang ikut berdiskusi. “Pongky, nanti kamu yang bertanggung jawab untuk membuat masakan untuk yang jaga rondanya ya.”

“Apa sih yang enggak buat Rangkat.” Pongky memasang muka mantap tanda setuju.

“Ok. Kalo begitu, nanti Pongky juga yang menyiapkan alat-alat untuk mendekorasi lapaknya ya.”

“Apa sih yang enggak buat Rangkat.” Jawab Pongki memasang muka begitu yakin.

“Nanti supaya semarak, agar banyak orang yang mampir ke pos ronda Rangkat, bagaimana kalau Pongky berdiri tegak di depan pos dengan memakai busana pocong berwarna ping. Mommy yakin, pasti akan banyak yang tertarik untuk mampir, lebih bagus kalo mereka sampai ingin berfoto-foto di pos ronda Rangkat. itu pasti keren!!” Mommy memasang muka yang sangat serius tetapi santai sesuai dengan ciri khasnya yang ketika tersenyum pasti matanya setengah tertutup. Terlihat sangat berwibawa dan tetap manis, semanis gula aren.

“Apa sih yang nggak buat Rangkat.” Kali ini Pongki memasang muka galau.

“Sabar ya...” Bunda Riska ikut berkata.

“Tabah ya...” Cici Jingga juga ikut berbicara.

“Terus aku harus bilang WOW gitu?” Abang Ibay dengan gaya lebaynya. Pongky lalu berjalan pelan menuju dapur, bangun dari duduknya yang manis seperti posisi tahiyat pada saat sholat. Sesampainya di dapur, entah apa yang dilakukannya. Dan sekitar sepuluh menit kemudian, Pongky datang kembali melompat-lompat dengan busana pocong berwarna Ping-nya. Lengkap dengan wajah yang sudah diputihkan dengan tepung, mungkin sisa dari pempek yang dibawa Kades Hans dari Palembang. Kami tertawa setelah tersentak kaget.

Elhida

*Usil santri Ha plus satu.

*Perang telah dimulai!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun