Mohon tunggu...
hida
hida Mohon Tunggu... Penulis - writer

Art

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Penari Gila

22 Desember 2010   14:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:29 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Musik Klasik melantun di halaman parkir sebuah pasar
Dia menari tanpa melihat sekeliling mengumbar tawa
Wajahku memerah, tapi bukan marah
Gelisah melihat tangannya melenggok tak beraturan

Penari Gila, kata seorang tukang parkir menggerutu
Tapi tetap dia lihat dengan tawa yang gengsi

Teruslah kuberjalan, melewati matanya yang telanjang
Hatiku tak banyak berkata
Tapi gerakan tariannya seperti meneriaki tanpa ampun
"dia menangis, tapi tak terlihat airmata"

Kutinggalkan berjejak langkah di atas becek
Hujan menggerutu pada ban mobil

"kau jaga yang Menggenggammu, hingga qodratmu basah dan rontok"

elhida, inspired by seorang perempuan "sakit jiwa" di depan parkiran pasar Mayestik. Menari selalu, dalam panas dan hujan. Sebab hidup adalah nyanyian merdu, dan kehidupan adalah musiknya. Maka menarilah. Jangan berhenti. (11 11 12)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun